Loading...
MEDIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:40 WIB | Selasa, 24 Oktober 2017

Pemuda Swiss Lebih Banyak Daring Dibanding Nonton Televisi

Ilustrasi. Pameran teknologi University of Zurich pada September 2017 yang memperlihatkan antusiasme anak-anak dan kalangan usia muda di Swiss lebih menyukai platform media sosial dan alat "virtual reality" (VR) sebagai sarana mendapatkan informasi utama dibanding media massa cetak dan siaran konvensional. (Foto: Antara/ethz.ch)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM –  Industri pertelevisian Swiss dilaporkan sedang sekarat, karena kehilangan penonton muda mereka, yang saat ini lebih banyak mengakses berita multimedia dalam jaringan (daring) berinternet dan bermedia sosial dibanding menonton siaran televisi, demikian hasil studi University of Zurich.

Hal tersebut, sekaligus mengendalikan perilaku konsumen dan pasar periklanan di Swiss. Bahkan, platform media sosial, terutama Facebook dan Google, tidak lagi berfungsi sebagai sarana untuk berhubungan dengan keluarga dan teman, melainkan sekaligus sebagai sarana mengakses informasi utama.

Di Swiss, sebanyak 24 persen generasi berusia 15 hingga 24 tahun mengakses Facebook dan situs jejaring sosial sejenis sebagai media berita, sehingga meneguhkan bahwa platform media sosial adalah sumber berita utama mereka.

Sementara itu, 34 persen pemuda menggunakan situs berita online sebagai saluran informasi utama mereka. Hal tersebut memperlihatkan lebih dari setengah konsumen media muda mendapatkan semua informasinya secara digital, kata penelitian tersebut.

"Oleh karena itu, sistem media Swiss menemukan dirinya terpapar pada proses globalisasi dan semakin dipengaruhi oleh perantara teknologi global," catat University of Zurich, layaknya dikutip kantor berita Xinhua China.

Selain itu, peneliti juga mencatat ada 48 persen penonton berusia 55 tahun ke atas masih menjadikan televisi sebagai sumber informasi utama, sementara hanya 14 persen pada penonton berusia muda.

Sebagian besar pendapatan iklan Swiss dalam jurnalisme juga beralih ke media sosial, terutama Facebook dan Google.

Oleh karena itu pula, perusahaan swasta kurang berminat untuk menanamkan modalnya lagi dalam bisnis jurnalisme profesional. (Antara)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home