Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 20:14 WIB | Selasa, 28 Juli 2015

Pencegahan Kebakaran Hutan Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho saat berada di ruangan wall display pantauan bencana. (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dunia.

“Indonesia berkontribusi penting dalam penurunan gas rumah kaca dunia dari sektor kehutanan. Untuk itulah, pencegahan karhutla sangat penting karena dapat mengurangi meningkatnya emisi gas rumah kaca,” kata Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers Penanggulangan Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2015 di Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, hari Selasa (28/7).

Kata Sutopo, 99,9 persen penyebab karhutla adalah disengaja (dibakar) untuk pembersihan lahan dan perluasan perkebunan. “Karhutla masih tetap ada. Meskipun jumlah hotspot tahun 2015 lebih sedikit daripada tahun 2014, namun pembakaran masih berlangsung. Oleh karena itu, kunci penanganan karhutla adalah penegakan hukum,” katanya.

Berdasarkan data hotspot tahun 2006 hingga 2014, pola hotspot Karhutla di Sumatera dominan terjadi pada pertengahan Juni hingga Oktober (lima bulan), sedangkan di Kalimantan pada Juli hingga Oktober (empat bulan).

Menurut Sutopo, puncak hotspot di Sumatera terjadi selama tiga bulan (Agustus, September, Oktober), sedangkan di Kalimantan selama dua bulan (September hingga Oktober). “Dengan adanya El Nino Moderate maka ancaman karhutla berpotensi hingga awal Desember 2015,” katanya.

Menurut data Sutopo, wilayah langganan karhutla ada di 10 provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. “Yang paling parah karhutla setiap tahun adalah Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng dan Kalsel,” katanya.

Upaya BNPB dalam Karhutla

Menurut Sutopo, BNPB menyediakan dana Rp 385 milyar untuk mendukung penanganan karhutla hingga September 2015. “BNPB akan menambah anggaran jika diperlukan dari Dana Siap Pakai BNPB. Antisipasi bencana asap akibat karhutla perlu dilakukan sedini mungkin. Pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pemadaman,” katanya.

Selain itu, BNPB menyiapkan 10 helicopter water bombing, delapan heli besar berkapasitas 4.500 liter dan dua heli Bolco berpasitas 500 liter.

“Saat ini sudah ada: dua heli di Pekanbaru (MI-171 dan Sikorsky) beroperasi sejak 12-7-2015 telah menyiramkan air dua juta liter melalui 553 kali penerbangan. Satu heli MI-171 di Palembang (sejak 26-6-2015). Tujuh heli disiapkan untuk memperkuat di Riau, Sumatera Selatan atau daerah lain di Sumatera dan Kalimantan,” katanya.

BNPB sudah menyiapkan anggaran Rp 15 milyar untuk pembangunan sekat kanal seperti yang diperintahkan Presiden Jokowi pada November 2014 kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Namun hingga saat ini pembangunan sekat kanal belum dilakukan karena kendala administrasi di daerah,” katanya.

Selanjutnya, kata Sutopo, BNPB akan melakukan filling the gab sesuai permintaan dan kebutuhan dari Kementerian LH dan Kehutanan. “Kekeringan dan karhutla masih akan berpotensi meningkat hingga akhir November 2015. Pencegahan karhutla perlu ditingkatkan dengan mengedepankan penegakan hukum dan sosialiasasi yang dilakukan oleh Polri, PPNS, dan TNI,” katanya.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home