Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:38 WIB | Selasa, 11 April 2017

Peneliti LIPI Temukan Dua Spesies Baru Anggrek

Ilustrasi. salah satu dari spesies baru anggrek yaitu Paphiopedilum lunatum Metusala, yang ditemukan oleh peneliti LIPI dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi, Destario Metusala, di belantara yang ekstrim di pegunungan Aceh, (Foto: lipi.go.id)

PURWODADI, SATUHARAPAN.COM – Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi, Destario Metusala, menemukan dua spesies baru anggrek kantung/kasut. Kedua jenis baru ini ditemukan dari habitat belantara yang ekstrim di pegunungan Aceh, demikian dilansir situs lipi.go.id, pada hari Senin (10/4).

Kedua spesies baru tersebut yaitu, Paphiopedilum lunatum Metusala dan Paphiopedilum bungebelangi Metusala.

Kedua spesies baru ini merupakan anggrek terestrial yang tumbuh alami di tanah berserasah dan masing-masing memiliki tangkai perbungaan yang tegak dengan hanya satu buah kuntum bunga mekar per batang tumbuhan. Panjang tangkai bunga kedua spesies tersebut mencapai 28-40 centimeter. Oleh Destario Metusala, kedua spesies baru itu telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah Edinburgh Journal of Botany pada pertengahan Maret 2017.

Paphiopedilum lunatum memiliki bunga relatif besar dengan ukuran tinggi 9-10,5 cm dan lebar 8-10 cm. Secara utuh, bunga jenis anggrek ini memiliki kombinasi warna yang cukup mencolok. Kelopak dorsalnya berwarna putih krem dengan pola urat kehijauan.

Mahkota bunga membentang berwarna hijau hingga hijau-kekuningan dari pangkal hingga tengah, sedangkan pada bagian tengah hingga ujung berwarna merah-jambu keunguan. Bibir bunga berbentuk kantung berwarna coklat kehijauan hingga semburat kemerahan. Staminodium (enang sari yang berupa lembaran dan steril) sangat khas berbentuk bulan sabit dengan ujung lobus samping runcing.

Jenis anggrek itu tumbuh alami pada habitat berupa hamparan semak hingga hutan berlereng pada ketinggian 1300-1600 m dpl. Nama spesies berasal dari kata latin “lunatus” yang berarti bulan sabit, merujuk pada bentuk staminodium-nya yang menyerupai bentuk bulan sabit.

Sedangkan Paphiopedilum bungebelangi, memiliki bunga sedikit lebih kecil dengan ukuran tinggi hingga 9 cm dan lebar bentangan 7-7,5 cm. Kombinasi warna bunga anggrek tersebut tidak terlalu mencolok, namun bentuk mahkotanya yang bergelombang sepanjang tepi membuat penampilannya sangat unik dan khas. Kelopak dorsal berwarna putih dengan pola urat hijau tegas. Mahkota bunga memanjang berwarna hijau muda kekuningan dengan pola garis-garis sejajar berwarna hijau tua. Bibir bunga berbentuk kantung berwarna coklat hingga merah marun. Staminodium berbentuk elips hingga menyerupai lingkaran dengan torehan cukup dalam di ujungnya.

Jenis anggrek ini tumbuh alami pada habitat berupa hutan berlereng pada ketinggian 1500-1600 m dpl. Nama spesies diambil dari bahasa daerah Gayo di Aceh Tengah: kata “bunge” berarti bunga dan “belangi” yang artinya cantik atau indah.

Genus Paphiopedilum merupakan genus tumbuhan anggrek dengan nilai konservasi yang tinggi. Anggrek genus Paphiopedilum termasuk dalam regulasi Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) yang tidak diperkenankan untuk dikirimkan atau diperdagangkan ke luar negeri tanpa izin yang ketat.

Penemuan spesies baru tersebut tak luput dari peran beberapa pihak, seperti Rita Subowo selaku Ketua Umum Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI), Frankie Handoyo dan Ramadhani Prasetya selaku tim ahli PAI dalam survei lapangan serta supervisi oleh Irawati dan Andi Widjaja.

“Dengan adanya penemuan anggrek spesies baru ini diharapkan semakin meningkatkan kontribusi LIPI dalam upaya inventarisasi dan konservasi diversitas anggrek Indonesia,” kata R. Hendrian, Kepala BKT Kebun Raya Purwodadi LIPI.

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home