Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 06:12 WIB | Rabu, 08 Juli 2015

Penerbitan Eurobond Lihat Kondisi Pasar Keuangan Eropa

Ilustrasi: Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan (kiri) saat memberi materi tentang sosialisasi Sukuk Ritel Negara di Gedung Kementeiran Keuangan beberapa waktu lalu. (Foto: Dok. satuharapan.com/Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rencana penerbitan obligasi berdenominasi Euro (Eurobond) pada semester II-2015 masih melihat kondisi pasar keuangan Eropa.

"Ditunggu saja kondisi pasarnya, kami masih mengawasi pergerakan pasar secara hati-hati," kata Direktur  Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan di Jakarta, Selasa (7/7).

Robert menambahkan penerbitan obligasi berdenominasi Euro tersebut tidak terlalu mendesak, mengingat pemerintah sudah mendapatkan dana pembiayaan yang memadai dari penerbitan surat utang hingga pertengahan tahun.

Salah satu penyebabnya adalah pemerintah telah menerapkan strategi penerbitan obligasi di awal (front loading) atau dominan di semester I, sebagai antisipasi penyesuaian suku bunga The Fed (Bank Sentral AS) pada semester II-2015.

“Pembiayaan sebenarnya sudah didepan, jadi tidak ada urgency. Kalau pasar lagi tidak cocok ya kita tunggu saja, apalagi kita masih punya kemewahan untuk menunggu,” kata dia.

Pada Juli 2014, pemerintah pernah menerbitkan Euro Bond sebesar satu miliar euro, dengan total permintaan yang masuk (total order book) pada saat itu mencapai 6,7 miliar euro atau kelebihan permintaan 6,7 kali.

Penjualan obligasi tersebut merupakan yang pertama kalinya dilakukan pemerintah di pasar keuangan internasional sebagai diversifikasi sumber pembiayaan, perluasan basis investor global dan memenuhi target pembiayaan dalam APBN.

Untuk sisa tahun 2015, Robert menambahkan, pemerintah bisa sedikit melonggar dan tidak perlu mengejar pencapaian target pembiayaan, karena realisasi pembiayaan dalam negeri melalui penerbitan obligasi hingga semester I sudah mendekati 70 persen.

"Kita sudah mengeksekusi 65 persen, sudah jauh kedepan. Masih ada enam bulan lagi, kami tidak ada kekhawatiran. Kalau tidak agresif pun sudah pasti dapat (targetnya). Kalau lagi bagus (pasarnya) kita ambil," kata dia.

Sebelumnya, menurut laporan proyeksi pembiayaan pada semester I-2015, pemerintah memperkirakan pembiayaan dari surat berharga negara (neto) bisa mencapai Rp 225,4 triliun atau 75,7 persen dari target Rp 297,7 triliun. (Ant)

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home