Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:59 WIB | Jumat, 09 Oktober 2015

Pengamat: ISIS Berpotensi Ciptakan Generasi Baru Teroris Indonesia

Ilustrasi. ISIS berpotensi menciptakan generasi baru terorisme di Indonesia. (Foto: ABC)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Konflik yang terjadi di Suriah dan Irak  melawan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berpotensi menciptakan generasi baru teroris Indonesia dengan menjadikan Indonesia sebagai tempat pelatihan baru bagi perekrut, kata pengamat terorisme Sidney Jones.

Komentar Sidney muncul ketika film dokumenter lokal berusaha untuk membendung aliran Indonesia menuju Suriah, menurut kesaksian mantan pasukan ISIS asal Indonesia yang pernah bergabung dengan kelompok radikal tersebut.

Menurut Jones, yang juga merupakan Kepala Lembaga Analisis Kebijakan Konflik, ratusan orang Indonesia sudah menanggapi panggilan ISIS untuk pergi ke Suriah.

“Mungkin jumlahnya 250 orang,” kata dia seperti yang dikutip dari abc.net.au pada hari Jumat (9/10).

Menurutnya, hal itu bisa menjadi ancaman besar bagi Indonesia ketika ratusan orang itu kembali ke Indonesia.

“Jika orang-orang itu pulang dengan pengalaman tempur – pengalaman berjuang di Suriah dan Irak, memiliki ideologi baru, memiliki lebih banyak pengetahuan tentang senjata, pembuatan bom dan sebagainya – mereka bisa merevitalisasi gerakan teroris yang tak begitu masif di Indonesia.”

Dalam pergerakannya, Sidney menyebut ISIS tidak hanya merekrut pemuda tapi juga keluarga.

“ISIS memiliki daya tarik tambahan dengan menjadi negara Islam murni di mana pengalaman Islami mereka bisa menjadi pendukung dan itulah salah satu alasan mengapa banyak keluarga yang tertarik. Itu faktor ketertarikan yang nyata,” kata dia.

Kesaksian Mantan Anggota ISIS

Target ISIS tertarik dengan banyak janji.

Seorang pedagang kaki lima Junaedi direkrut oleh Abu Jandal, salah satu dari dua orang Indonesia yang paling berkuasa di Suriah.

Dalam film dokumentasi tersebut, Junaedi menceritakan bagaimana ISIS meradikalisasi anak muda Indonesia. Film itu diproduksi oleh Noor Huda Ismail yang mengabdikan hidupnya untuk memalingkan generasi itu  dari terorisme.

Noor Huda banyak berhubungan dengan orang Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan beberapa di antaranya telah kembali.

“Abu Jandal berjanji bahwa ISIS akan membayar utang (Junaedi). Itu berarti dia akan menerima gaji sebesar USD 250 atau sekitar Rp 2,5 juta,” kata Junaedi.

“Mungkin bagi orang Australia uang itu tidak seberapa. Tapi bagi orang Indonesia, uang sebesar itu sangat berarti.”

Namun pada kenyataannya, apa yang dirasakan Junaedi sangat berbeda dengan yang dijanjikan.

“Sebelum Anda tiba di sana, Anda melihat hal yang benar-benar berbeda dari tempat itu sendiri. Anda pikir semuanya akan baik-baik saja sampai Anda harus mengalaminya sendiri. Saya terkejut ketika saya pertama kali tiba… Di sana tidak ada listrik,” kata dia.

Gaji bulanan sebesar USD 250 yang pernah dijanjikan ternyata turun menjadi sebesar USD 60 (Rp 600.000).

“Itu pengingkaran janji yang dilakukan oleh ISIS,” kata Noor.

Dia mengatakan, mantan anggota ISIS yang kecewa seperti Junaedi sangatlah berharga karena dia bisa dijadikan contoh dan kesaksiannya dapat digunakan untuk membendung anak-anak muda yang akan pergi ke Suriah.

“Mereka bisa mengatakan: Lihat! Pada dasarnya apa yang ISIS bilang itu tidak benar. Aku pernah ada di sana, sangat mengerikan hidup di tempat itu. Tolong jangan pergi,” kata dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, ia menyaksikan betapa jaringan terorisme lokal Indonesia kalah pamor dengan ISIS.

“Dulu, ketika polisi Indonesia menangkap satu orang, mereka dapat dengan mudah melacak mereka karena pasti terkait dengan salah satu kelompok tertentu. Sekarang mereka datang dari mana-mana.”

Noor Huda berharap melalui film dokumentasinya akan membuat orang-orang yang ingin pergi berjihad ke Suriah berpikir dua kali dan menurutnya upaya untuk deradikalisasi di Indonesia sangat mendesak dilakukan.

“Jika kita melihat orang-orang Indonesia pergi ke sana (Suriah) kemudian mereka kembali maka itu akan menjadi malapetaka tersendiri bagi Indonesia,” kata dia.

“Sederhana saja,… Saya tidak ingin lagi melihat anak-anak muda pergi ke Suriah.”

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home