Loading...
MEDIA
Penulis: Reporter Satuharapan 15:53 WIB | Kamis, 12 Januari 2017

Pengamat: Jadikan Media "Mainstream" Sebagai Acuan

Warga menerima penjelasan tentang ciri-ciri konten 'hoax' (berita bohong) saat Deklarasi Masyarakat Surabaya Anti Hoax digelar di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (8/1). Kegiatan dengan memberikan penjelasan kepada warga tentang ciri-ciri konten hoax di dunia maya serta bahayanya tersebut bertujuan mengajak warga untuk lebih berhati-hati dalam menerima informasi yang kurang jelas sumbernya. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengamat intelijen Wawan H Purwanto menyarankan masyarakat menjadikan media "mainstream" sebagai acuan informasi di tengah maraknya media penyebar berita palsu (hoax) dan penyebar propaganda radikalisme, akhir-akhir ini.

"Berita-berita di media mainstream, terutama media `online` (daring), lebih bisa dipertanggungjawabkan ketimbang media yang tidak jelas. Apalagi, sekarang ini banyak situs abal-abal," kata Wawan di Jakarta, hari Kamis (12/1).

Menurut dia, masih banyak masyarakat yang belum paham memilah antara media penyebar informasi yang benar dan penyebar informasi bohong. Buktinya, berita atau foto yang disebar media abal-abal di media sosial bisa viral meski isinya tidak berdasar alias "hoax".

Wawan menilai keberadaan media penyebar hoax dan propaganda radikalisme sangat membahayakan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Apalagi kalau berita itu bersifat menghasut.

Ia menilai langkah pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait di bawah koordinasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam menangani media tersebut, salah satunya memblokir situs-situs bermuatan negatif dan SARA, sudah tepat dan sesuai dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Ia pun yakin penegak hukum bisa diandalkan untuk menembus dan mencari pembuat dan sumber berita yang disebarkan media hoax dan radikalisme itu.

Menurut dia, pelaku tidak hanya bisa dijerat dengan UU ITE, tetapi juga dengan hukum pidana. Tinggal penerapan di lapangan karena yang penting adalah efek jera.

"Kalau kita setiap hari dicekoki berita-berita hoax bisa kacau ini nanti. Itu juga berakibat masyarakat semakin tidak dicerdaskan dan dibodoh-bodohi. Jelas itu tidak baik dan akan membuat bangsa kita semakin susah," tutur dosen Lemhanas ini.

Menurut dia masyarakat memang harus terus dididik untuk bisa menyikapi informasi secara cerdas dan kritis. Wawan berpandangan bahwa yang bisa menjadi tameng dalam menyelamatkan masyarakat dari bahaya berita hoax dan radikalisme adalah diri mereka sendiri.

"Apa yang kita baca, kita dengar, dan kita lihat, semuanya itu akan mempengaruhi otak kita, karakter kita, dan juga pikiran kita. Nah, filternya harus pandai-pandai menyikapi informasi dan tidak menelan mentah-mentah," ucapnya, menegaskan. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home