Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 08:03 WIB | Sabtu, 27 Desember 2014

Pengamat: Pergantian Pemimpin Parpol Hangatkan 2015

Dualisme kepemimpinan dalam tubuh Partai Golkar menjadi salah satu dinamika pergantian kepemimpinan partai politik yang mewarnai perjalanan tahun 2014. (Foto; dok. satuharapan.com/Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Konstelasi politik Tanah Air di tahun 2015 diperkirakan masih cukup hangat. Rencana pergantian kepemimpinan partai politik yang ramai diselenggarakan di tahun depan, membuat dinamika yang terjadi tidak akan jauh berbeda seperti tahun ini.

Hal itu diungkapkan pengamat politik dari Polcomm Institute Heri Budianto, dalam pesan elektronik yang diterima satuharapan.com, di Jakarta, Jumat (26/12). Menurut perkiraan dia, baik Koalisi Merah Putih (KMP) maupun Koalisi Indonesia Hebat (KIH) akan saling memberi pengaruh signifikan dalam proses pergantian kepemimpinan itu.

"Nuansa pergantian pemimpin partai politik akan menghangatkan tahun 2015," tutur Heri.

“Bagaimana partai politik kedua kubu koalisi akan saling memberi pengaruh di setiap pelaksanaan musyawarah nasional, kongres, atau muktamar,” dia menambahkan.

Adapun partai politik yang diketahui akan menyelenggarakan proses pergantian kepemimpinan di tahun 2015 diantaranya PDI Perjuangan, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat. Sementara, pada tahun ini setidaknya ada dua parpol yang telah menyelenggarakan pemilihan ketua umum baru yaitu Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Heri mengatakan, dalam proses regenerasi kepemimpinan Golkar dan PPP, upaya tarik menarik kekuatan antara KIH dan KMP cukup jelas. Di satu sisi, KMP ingin agar kedua parpol itu tetap bersama mereka, sementara di sisi lain KIH berusaha agar mereka mendukung pemerintah. Imbas pertarungan itu adalah terjadinya dualisme kepemimpinan partai itu saat ini.

Menurut Heri, dari kedua parpol itu, Golkar lah yang memiliki pengaruh terbesar dalam merubah konstelasi politik Tanah Air. Golkar yang menjadi partai kedua pemenang pemilu legislatif lalu, setidaknya memiliki 91 kursi di parlemen. Apabila Golkar memberikan dukungannya kepada KIH, maka secara otomatis kesulitan yang akan dihadapi pemerintah dengan dalam merealisasikan program kerjanya akan teratasi.

Aklamasi Tak Baik

Berkaca pada kasus Golkar dan PPP, proses regenerasi pimpinan parpol terlihat masih sangat minim. Pertarungan kursi kepemimpinan pun hanya dilakukan oleh sebatas kalangan tua saja, yakni Agung Laksono dan Aburizal Bakrie di Golkar, serta Djan Faridz dan Romahurmuziy di PPP.

Heri mengungkapkan, dalam sebuah pergantian kepemimpinan yang terpenting adalah bagaimana sebuah parpol mewujudkan regenerasi itu. Ketika proses pemilihan ketua umum masih didominasi oleh kalangan tua, maka proses kaderisasi yang dilakukan parpol dinilai belum berjalan maksimal.

“Hampir semua tokoh senior akan menang di perebutan ketua umum. SBY dan Mega masih akan tetap memegang tampuk kepemimpinan,” ujar dia.

Heri pun tak menafik peran tokoh senior dalam memimpin sebuah partai politik. Ketokohan mereka tetap diperlukan untuk menjaga agar parpol tetap solid dan menghindari kemungknan friksi yang akan terjadi.

Hanya saja, ia menambahkan, yang perlu menjadi catatan adalah bagaimana pemilihan itu berlangsung. Baik calon baru maupun inkamben harus menerapkan cara-cara bersih, jujur dan adil dalam berkompetisi. Jangan sampai, karena ingin melanggengkan kursi jabatannya, ada calon yang melakukan tindakan ‘terlarang’ sehingga mereka dapat terpilih secara aklamasi.

“Pola-pola aklamasi ini tidak baik bagi demokrasi di partai. Itu membuat kultus individu ketua umum partai,” ujar dia.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home