Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 23:30 WIB | Jumat, 27 Desember 2019

Penutupan Internet di India Rugikan 350 Ribu Dolar AS Per Jam

Polisi mengejar pengunjuk rasa dalam protes terhadap undang-undang kewarganegaraan baru di daerah Seelampur, New Delhi, India. (Foto: dari AP)

NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Operator seluler India kehilangan sekitar 24,5 juta rupee (setara 350.000 dolar AS) pendapatan setiap jam, akibat mereka dipaksa untuk mematikan layanan internet atas perintah pemerintah dalam mengendalikan protes rakyat terhadap undang-undang kewarganegaraan yang baru, kata kelompok lobi utama pada hari Jumat (27/12).

Protes di seluruh negeri telah berlangsung selama tiga pekan setelah parlemen India mengeluarkan undang-undang yang memberi jalan minoritas bagi warga negara tetangga Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh menjadi warga negara India, dengan mengecualikan Muslim.

Hal itu diperparah dengan rencana pendaftaran warga negara secara nasional, yang dipandang oleh para kritikus sebagai gerakan anti-Muslim oleh pemerintah nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Untuk memadamkan protes, pemerintah telah mengerahkan ribuan polisi dan secara berkala memerintahkan penutupan data seluler pada saat orang menggunakan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk melakukan pertempuran paralel secara online. Penangguhan internet semacam itu telah dikritik oleh para aktivis kebebasan internet.

Pada hari Jumat, internet seluler diperintahkan untuk ditutup di setidaknya 18 distrik di negara bagian Uttar Pradesh di utara, kata satu sumber industri telekomunikasi kepada Reuters.

Seorang saksi menerima pesan teks dari penyedia layanan internet yang mengumumkan bahwa layanan broadband rumah di pinggiran ibu kota New Delhi tidak akan tersedia selama 24 jam, hingga pagi hari pada Sabtu, 28 Desember.

Orang India mengkonsumsi rata-rata 9,8 gigabyte data per bulan pada smartpon mereka, dan ini yang tertinggi di dunia, menurut pembuat peralatan telekomunikasi Swedia Ericsson. Negara ini adalah pasar terbesar pengguna untuk perusahaan media sosial Facebook dan messenger WhatsApp.

Pemadaman internet seharusnya tidak menjadi tindakan pertama, kata Asosiasi Operator Seluler India (COAI), di mana operator seluler Bharti Airtel, Vodafone Idea dan Reliance Industries 'Jio Infocomm adalah anggotanya.

"Kami telah menyoroti biaya penutupan ini," kata direktur jenderal COAI, Rajan Mathew. "Menurut perhitungan kami pada akhir 2019, dengan peningkatan aktivitas online, kami yakin biaya (penutupan internet) mendekati 24,5 juta rupee untuk satu jam penutupan internet."

Kerugian pendapatan akan menumpuk dalam penderitaan sektor telekomunikasi India, akibat perang harga dan dibebani dengan pembayaran yang tertunda sebesar 13 miliar dolar AS setelah putusan Mahkamah Agung pada bulan Oktober.

Bharti, Vodafone Idea, dan Reliance Jio tidak menanggapi email yang meminta komentar. Larangan itu menyusul penghentian layanan internet dan pesan teks yang belum pernah terjadi sebelumnya di beberapa bagian Delhi pekan lalu, memperluas upaya komunikasi di wilayah-wilayah bergolak yang membentang dari Kashmir yang disengketakan ke timur laut.

Layanan internet di Kashmir India ditangguhkan selama lebih dari 140 hari sejak New Delhi menurunkan statusnya menjadi wilayah administrasi federal dari sebuah negara, menjadikannya penghentian terpanjang dalam negara demokrasi, menurut kelompok hak digital Access Now.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home