Loading...
INDONESIA
Penulis: Tunggul Tauladan 15:49 WIB | Sabtu, 20 Desember 2014

Penyandang Disabilitas Pentas di Taman Budaya Yogyakarta

Penampilan drum band dari SLB Tunas Bakti, Pleret, Kabupaten Bantul dalam Festival Difabel 2014 (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ratusan penyandang disabilitas unjuk kebolehan di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dalam puncak acara Festival Difabel 2014 pada Sabtu (20/12). Para murid dari berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) ini menampilkan ragam pertunjukan, berupa drum band, melukis gerabah, maupun pentas seni.

Ketua Panitia Festival Difabel 2014, Vivi Suryaningsih mengatakan, bahwa festival ini merupakan puncak dari rangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Disabilitas. Sebelumnya, pada 3 Desember diselenggarakan pelepasan 700 burung, kemudian pada 13 Desember diadakan long march dan flash mob para penyandang disabilitas.

“Festival Difabel 2014 ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional. Hari ini merupakan puncak dari rentetan acara dalam rangka Hari Disabilitas Internasional. Sebelumnya pada tanggal 3 Desember, kami melakukan pelepasan 700 burung yang menyimbolkan harapan dan teman-teman ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) itu bebas berkarya. Kemudian pada tanggal 13 Desember, kami mengadakan long march dan flash mob dari Dinas Pariwisata sampai Museum Sonobudaya yang bertujuan untuk mengenalkan Hari Disabilitas Internasional dan membuktikan kepada masyarakat bahwa teman-teman ABK juga mampu seperti teman-teman lainnya,” kata Vivi Suryaningsih.

Vivi juga menjelaskan bahwa Festival Disable 2014 ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti lomba drum band antar-SLB, lomba melukis gerabah, hingga pentas seni. Namun, khusus untuk pentas seni, sengaja tidak dilombakan.

“Untuk acara hari ini ada beberapa agenda, seperti lomba drum band, lomba melukis gerabah, dan pentas seni tetapi tidak dilombakan. Selain itu, ada stand kreativitas yang ditujukan bagi teman-teman difabel untuk berkreasi selepas mengikuti lomba. Hasil dari kreativitas tersebut nanti bisa dibawa pulang. Selanjutnya, ada pojok Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang terkait dengan media-media pembelajaran untuk ABK,” kata Vivi.

Ketika disinggung tentang perhatian pemerintah seputar para penyandang disabilitas, Vivi menjelaskan bahwa belakangan ini, pemerintah cukup memberikan perhatian terhadap acara-acara bertema kaum difabel. Wujud perhatian tersebut, salah satunya adalah memudahkan sistem perizinan bagi panitia untuk menggunakan tempat-tempat milik pemerintah.

“Perhatian dari pemerintah makin ke sini makin baik. Misalnya saja kemarin ketika diadakan flash mob, kami diizinkan untuk meminjam tempat dari Dinas Pariwisata. Kemudian ketika diadakan Gebyar Inklusi, pemerintah juga meminjamkan tempat di GOR Amongrogo,” kata Vivi.

Festival Difabel 2014 ini diikuti sekitar 300 siswa SLB. Mereka berasal dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, meskipun diikuti oleh ratusan peserta, Vivi menjelaskan bahwa sebenarnya masih banyak peserta belum bisa hadir dalam acara ini.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home