Loading...
RELIGI
Penulis: Martahan Lumban Gaol 19:34 WIB | Selasa, 23 September 2014

Perayaan Agama Harus Jadi Peluang Tindakan Ekologi

Paddy Meskin, Rajwant Singh, dan Kosho Niwano, dalam konferensi antaragama tuntut tindakan perubahan iklim di New York, pada Senin (22/9). (Foto: oikumene.org)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Presiden EcoSikh Dr Rajwant Singh meminta kelompok agama untuk mengubah perayaan mereka menjadi peluang untuk tindakan ekologi.

"Harus ada hijau Natal, dan hijau Ramadan, dan hijau Diwali," kata dia dalam konferensi antaragama tuntut tindakan perubahan iklim di New York, pada Senin (22/9).

Sebelumnya, mantan presiden Uni Afrika Selatan Temple Sisterhoods, Paddy Meskin mengatakan kesetiaan pada Tuhan dan ekologi ada bersama dalam ajaran Yudaisme. Dalam kitab Kejadian-kitab pertama dari Taurat-Allah menempatkan manusia di Taman Eden dengan instruksi untuk berjaga-jaga atas hal itu.

"Sebagai pelayan modern Sang Pencipta, kita harus memastikan bahwa kita tidak hanya menghancurkan tapi bisa membangun kembali kerusakan yang telah terjadi. Orang benar tidak membuang-buang dunia ini,” kata dia.

"Tidak ada negara, apalagi benua, ataupun kota yang belum melihat kehancuran dan korupsi. Ketika kita akan belajar, kapan kita mulai?" Singh menjelaskan.

Sikhisme

Singh juga menyampaikan Sikhisme- salah satu agama terbesar di dunia-menunjukkan bahwa manusia tidak dapat menjadi negara tertinggi kecuali mereka berpikir untuk membersihkan diri dari ego.

"Para manusia terus-menerus diingatkan bahwa satu-satunya cara Anda dapat mulai untuk memecahkan dunia palsu dan ilusi ini adalah ego Anda sendiri. Itulah yang dapat melihat siapa yang ada di sini bersama Anda," ujar dia.

"Tanggung jawab utama terletak di tangan manusia karena mereka adalah satu-satunya yang dapat mengubah tindakan mereka," Singh menambahkan.

Konsep Kepuasan

Sementara itu, Pdt Kosho Niwano dari Rissho Kosei-Kai, Jepang, berbicara tentang konsep kepuasan Buddhis. Menurut dia ada penyataan agama tersebut yang sedikit bertentangan. "Orang miskin bukanlah seseorang yang memiliki sedikit, tetapi adalah orang yang tidak puas bahkan jika mereka memiliki banyak."

"Keserakahan, ketakutan, dan ketidakamanan tidak memberikan tanah untuk memecahkan tantangan perubahan iklim. Sebaliknya, reklamasi berkat harus dan tetap pada titik awal kita mengatasi tantangan ini. Perubahan iklim merupakan tantangan berat, tetapi apakah itu tidak merupakan pesan dari bumi? Sebuah pesan untuk kembali ke diri asli kita? " kata Niwano. (oikumene.org)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home