Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:25 WIB | Sabtu, 04 April 2020

Perekayasa Biologi Spanyol Temukan Obat Penghambat Efek COVID-19

Sejumlah ranjang terlihat di salah satu dari tujuh Unit Perawatan Intensif (ICU) baru di Rumah Sakit Vall d'Hebron di Barcelona, Spanyol, pada 26 Maret 2020. (Foto: Antara/Xinhua)

BARCELONA, SATUHARAPAN.COM – Para peneliti di Institut Rekayasa Biologi Catalunya (Institute for Bioengineering of Catalonia/IBEC) bersama kolaborator dari Kanada, Swedia, dan Jerman berhasil mengidentifikasi sebuah obat yang mampu menghambat efek virus corona baru penyebab penyakit COVID-19, demikian disampaikan institut tersebut pada Jumat (3/4).

"Kami berhasil mengembangkan kultur sel yang menyerupai ginjal, yang kami sebut ginjal mikro, untuk meneliti efek sebuah obat yang akan memasuki (uji coba) tahap dua pada pasien penderita penyakit COVID-19," kata Profesor Nuria Montserrat, pemimpin proyek riset itu, kepada Xinhua.

Pengobatan ini, yang terbukti bisa mengurangi jumlah virus yang ada di dalam jaringan hingga 5.000 kali, menggunakan ginjal-ginjal mikro yang dihasilkan oleh sel punca manusia, untuk menunjukkan bagaimana virus itu berinteraksi dengan sel manusia dan menginfeksinya.

"Penggunaan obat ini mampu menghambat virus, untuk masuk dan melakukan replikasi di dalam ginjal mikro, yang dapat kami lakukan di laboratorium melalui rekayasa biologi," kata Profesor Montserrat.

Temuan menjanjikan ini, yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah prestisius Cell, mendorong perusahaan bioteknologi yang telah mengembangkan obat tersebut, APEIRON Biologics, untuk mengumumkan bahwa pihaknya akan segera memulai uji coba klinis terhadap 200 pasien COVID-19 tahap lanjut di Eropa.

Obat tersebut, yang dinamai APN01, sudah ada karena sebelumnya dikembangkan untuk melawan wabah SARS (sindrom pernapasan akut parah) pada 2003. SARS disebabkan oleh corona virus yang sangat mirip dengan virus corona baru yang menyebabkan pandemi COVID-19 saat ini.

APN01 telah diuji untuk tahap awal infeksi saja karena organ mikro hanya bisa disimpan dalam kultur sel maksimal 15 hari. Namun demikian, para peneliti meyakini bahwa obat antivirus ini juga bisa efektif untuk tahap yang lebih lanjut dan akan dibuktikan dalam uji coba yang akan dimulai dalam beberapa pekan ke depan di Eropa. (Xinhua/Ant)

 

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home