Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 19:38 WIB | Sabtu, 01 Februari 2020

Perkembangan Cuaca Musim Hujan 2020 Prediksi Curah Hujan 6 Bulan ke Depan

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, pada Kamis (30/1), menyampaikan perkembangan cuaca, musim hujan 2019/2020, dan prediksi curah hujan 6 bulan ke depan. (Foto: bmkg.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berdasarkan analisis spasial distribusi curah hujan, perkembangan musim hujan hingga pertengahan Januari 2020, 99 persen, wilayah Zona Musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim hujan. Wilayah yang belum memasuki musim hujan terdapat di sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan NTT, demikian disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, pada Kamis (30/1), yang dilansir situs resmi bmkg.go.id.

Ia mengatakan, prakiraan hujan dasarian BMKG terdapat indikasi bahwa pada awal Februari akan muncul peluang penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua.

Hujan dengan intensitas tinggi pada periode 31 Januari - 5 Februari, berpotensi terjadi di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Gelombang dengan tinggi 2,5 – 4,0 meter (Rough Sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara, Perairan utara Kepulauan Anambas - Kepulauan Natuna, Samudra Hindia selatan Jawa, perairan Kepulauan Sangihe - Talaud, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, dan Samudra Pasifik utara Halmahera.

“Menghadapi periode hujan tinggi di bulan Februari - Maret 2020, perlu diwaspadai potensi banjir di wilayah: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua,” katanya.

Menurut Dwikorita Karnawati, beberapa wilayah berpotensi cukup tinggi terjadi banjir. Provinsi Banten (Pandeglang, Serang, Tangerang, Tangerang Selatan, Lebak), Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat (Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Indramayu, Karawang, Kota Bandung, Bekasi, Bogor, Cirebon, Depok, Sukabumi, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Purwakarta, Subang, Sumedang).

Provinsi Jawa Tengah misalnya Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Jepara, Karanganyar, Kebumen, Kendal, Klaten, Pekalongan, Semarang, Surakarta, Tegal, Kudus, Magelang, Pati, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Sragen, Sukoharjo, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo. Provinsi DI Yogyakarta, misalnya Bantul, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kulonprogo, Sleman). 

Provinsi Jawa Timur (Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Batu, Kediri, Madiun, Malang, Mojokerto, Pasuruan, Surabaya, Lamongan, Lumajang, Magetan, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Trenggalek, Tuban, Tulungagung.

Provinsi Sulawesi Selatan misalnya Barru, Bone, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Makassar, Palopo, Pare pare, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Maros, Pangkajenen Kepulauan, Pinrang, Sidenrang Rappang, Takalar, Toraja Utara, Wajo. Provinsi Sulawesi Tengah (Sigi), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kolaka Utara, Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara), Provinsi Papua (Deiyai, Mamberamo Raya, Nabire, Dogiyai, Mimika, Mamberamo Tengah, Keerom, Paniai)

Sementara itu pada bulan Februari, beberapa wilayah diprakirakan akan mengalami curah hujan rendah seperti di Aceh Timur, Sumatera Utara bagian Timur, dan Riau. Wilayah-wilayah tersebut perlu mewaspadai potensi kekeringan dan kebakaran hutan/lahan (karhutla). Hingga 30 Januari 2020, hotspot terbanyak terpantau di wilayah Riau dengan jumlah 117 titik. Potensi karhutla di wilayah Pesisir Timur Sumatera tersebut tidak terkait dan tidak terpengaruh oleh kebakaran hutan di Australia.

“BMKG dalam membuat prakiraan cuaca (dan iklim) diawali dengan melakukan analisis data pengamatan cuaca dan fenomena atmosfer, kemudian analisis Model Numerik Cuaca, dan diakhiri dengan pembuatan keputusan akhir oleh prakirawan. Data yang digunakan dalam pembuatan prakiraan cuaca (dan iklim) sangat beragam, mulai dari pengamatan, fenomena atmosfer hingga data model numerik cuaca. Jadi, input yang digunakan dalam pembuatan prakiraan cuaca tidak hanya data satelit dan model numerik (NWP) saja,” katanya.

Ia menambahkan meskipun kondisi iklim tahun 2020 diprakirakan mendekati pola normalnya, BMKG tetap mengharapkan kementerian/lembaga terkait dan masyarakat luas, tetap waspada terhadap potensi dan risiko bencana terkait iklim dan cuaca (hidrometeorologi) di masa mendatang.

Masyarakat diimbau agar terus memperbarui dan memanfaatkan informasi terkini dari BMKG. Layanan informasi tersebut dapat diakses melalui: http://www.bmkg.go.id; follow @infobmkg; atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat. (bmkg.go.id)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home