Loading...
RELIGI
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:04 WIB | Selasa, 01 Mei 2018

Permintaan Buku-buku Islam Meningkat, Penerbit Siasati Persaingan

Ilustrasi. Buku Islam untuk anak termasuk yang paling banyak dicari. (Foto: bbc.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Permintaan buku-buku Islam meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu parameter untuk membaca tren tersebut adalah pameran buku Islam, Islamic Book Fair (IBF).

Pada pameran 2015 angka penjualan mencapai Rp109,5 miliar sementara pada 2016 angkanya menembus Rp112,6 miliar. Setahun berikutnya, penjualan buku di ajang pameran ini mencapai Rp120,6 miliar.

Bisa dipahami jika melihat animo masyarakat yang berkujung ke IBF, padahal untuk IBF 2018, yang berlangsung mulai 18 hingga 22 April, pengunjung harus membeli tiket masuk Rp5.500.

Pengunjung berjejalan di arena pameran di Jakarta Convention Center, yang membuat berjalan dari satu stan ke stan lain tak bisa dilakukan secara leluasa.

Eko Budi Prasetyo, dari penerbit Pro-U Media, Yogyakarta, mengatakan maraknya buku-buku Islam, mungkin terkait juga dengan keinginan masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang agama.

"Tingkat keberagamaan atau relijiusitas orang makin besar. Di tengah rutinitas pekerjaan, orang butuh penyegaran dan bimbingan (dari sisi rohani). Makanya, video ceramah-ceramah agama di YouTube banyak ditonton," kata Eko.

"Saya kira, buku-buku Islam juga begitu. Makin banyak dicari," katanya.

Bagi ibu rumah tangga bernama Maryani, membeli buku-buku Islam seperti kebutuhan. "Kalau ada kesempatan, saya biasanya membeli untuk menambah pengetahuan agama," kata Maryani kepada BBC Indonesia.

Saat ditemui, ia membawa dua tas plastik berukuran cukup besar, berisi buku-buku yang ia borong dari arena IBF.

"Saya kan masih awam, jadi kalau tidak membaca, pengetahuan kita tentang agama tidak akan bertambah. Saya banyak beli buku tentang ibadah, hadis, buku doa, buku amalan beribadah sehari-hari, dan buku tentang kisah sahabat Nabi Muhammad," kata Maryani.

Ruliyan, yang ditemui terpisah, menyampaikan hal yang kurang lebih sama.

"Banyak yang harus dikaji dan dipelajari, kalau ingin belajar akidah ya saya beli buku-buku tentang akidah, kalau pas ingin belajar hadis ya beli buku-buku hadis," katanya.

Publik Diminta Jeli

Sementara itu Naufal, seorang pelajar sekolah menengah, mengaku lebih banyak membeli buku-buku tentang sejarah Islam.

"Saya suka dengan buku-buku sejarah Islam, terutama sejarah Islam di Indonesia dan sejarah Turki Usmani. Kisahnya menginspirasi," kata Naufal.

Permintaan buku-buku Islam di Indonesia, akan makin jauh lebih tinggi seandainya dibarengi dengan besarnya minat baca di kalangan masyarakat, kata Widodo Saputro, direktur pemasaran penerbit Tazkia.

"Dari sisi penerbit, yang kami lakukan adalah dengan mengemas buku semenarik mungkin, dengan harapan masyarakat berminat untuk membeli dan membaca," kata Widodo.

"Paradigma membaca itu harus selalu kita gaungkan. Minat baca di kalangan keluarga Muslim harus terus didorong," katanya.

Di tengah minat baca yang sebenarnya belum tinggi, angka penjualan buku-buku Islam meningkat, yang dengan sendirinya memunculkan lebih banyak penerbit, situasi yang kemudian membuat persaingan makin ketat.

Eko Budi Prasetyo, dari penerbit Pro-U Media, Yogyakarta, mengatakan, salah satu kiat untuk mengatasi persaingan adalah dengan menerbitkan buku karya penulis yang telah dikenal.

"Jauh lebih mudah bagi kami untuk memasarkan buku karya penulis populer atau penulis yang sudah punya basis pembaca yang loyal. Jika penulis ini meluncurkan buku baru, penggemar yang setia dari penulis tersebut biasanya akan membeli," kata Eko.

Persaingan yang makin ketat sangat disadari oleh Abdul Ajit dari penerbit Mizan. Awalnya Mizan identik dengan buku-buku Islam namun sejak beberapa tahun terakhir Mizan melakukan diversifikasi.

"Kami tidak hanya menerbitkan buku-buku Islam. Kami menerbitkan pula novel-novel karya Dan Brown, kemudian novel-novel Timur Tengah. Kami juga banyak menerbitkan buku anak, yang sangat diminati," kata Ajit.

"Jadi sekarang ini kami tak memposisikan diri sebagai penerbit buku Islam saja," kata Ajit.

Permintaan buku-buku Islam, akan tetap besar sepanjang orang masih berminat untuk memperkuat jati diri keagamaan, selain tentu saja faktor keinginan untuk menambah pengetahuan tentang agama, kata guru besar kajian Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Amin Abdullah.

"Orang ingin mendapatkan pedoman hidup di tengah kapitalisme, neokapitalisme yang macam-macam ini. Situasi ini dimanfaatkan oleh penerbit dan penulis," kata Profesor Amin.

Di luar gejala yang positif ini, ia meminta publik untuk jeli dan bersikap kritis ketika mendapati buku-buku yang mengusung tema-tema radikalisme. (bbc.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home