Loading...
SAINS
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 01:50 WIB | Rabu, 30 Mei 2018

Pesan dari Siluk: Ayo Membaca

Pesan dari Siluk: Ayo Membaca
Gerbang Taman Baca Jembatan Edukasi Siluk yang berada di kolong Jembatan Siluk, Desa Selopamioro, Imogiri-Bantul. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pesan dari Siluk: Ayo Membaca
Acara "Melukis bersama Seniman" di Jembatan Edukasi Siluk, Selasa (29/5) sore.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Lalu lalang kendaraan yang melintas di atas jembatan tidak mengurangi antusias 20-an anak-anak usia TK dan SD menggoreskan kuas di atas kertas. Bersama mereka turut pula siswa dari Jogja Independent School yang turut menggambar di bawah kolong jembatan yang selalu ramai dilalui kendaraan roda dua-empat.

Selasa (29/5) sore mereka sedang mengikuti acara "Melukis bersama Seniman" di kolong Jembatan Siluk, salah satu jembatan penting yang menghubungkan Kabupaten Bantul dengan Gunungkidul melalui jalur Panggang.

Dalam satu tahun terakhir kolong jembatan Siluk sisi timur persis di bagian bangunan pondasi digunakan untuk beraktivitas oleh beberapa anggota karang taruna Desa Selopamioro, Imogiri-Bantul.

Kegiatan yang diberi nama Jembatan Edukasi Siluk (JES) sebenarnya sudah diinisiasi oleh seniman-perupa Kuat tiga tahun yang lalu, namun baru efektif secara reguler berjalan setahunan dengan keterlibatan aktif lima belas anggota karang taruna sebagai relawannya.

Kolong jembatan Siluk menjadi ruang bagi anak-anak hingga orang tua untuk membuat kegiatan secara bergantian setiap hari Minggu. Dengan pendampingan dari berbagai pihak ada banyak perubahan terjadi di sekitar kolong jembatan tersebut.

Kesadaran menjaga bantaran sungai dari sampah rumah tangga menjadi pembelajaran pertama yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Sebelum ada kegiatan JES, sungai menjadi tempat pembuangan sampah warga sehingga sekitar bangunan pondasi jembatan menjadi kotor, kumuh, dan tentunya tidak sehat.

"Selaku Kepala Desa Selopamioro, saya senang dan mendukung kegiatan JES. Adanya kegiatan ini banyak memberikan manfaat. Masyarakat menjadi guyub kembali berkegiatan meskipun dengan keterbatasan ruang yang ada. Lebih dari itu, selain adanya kegiatan gemar membaca yang mulai ditumbuhkan semenjak dini pada anak-anak, saat ini mulai tumbuh kesadaran masyarakat untuk menjaga sungai dan bantarannya dari sampah rumah tangga. Ini harus lebih kita tingkatkan. Di sini kita bisa belajar banyak termasuk ilmu pengetahuan, agama, dan akhlak yang akan menjadi modal bagi anak-anak nantinya." kata Kepala Desa Selopamioro Himawan Sadjati saat memberikan sambutan pada acara anak-anak melukis bersama, Selasa (29/5) sore di Jembatan Siluk.

Hingga saat ini secara reguler dilakukan kegiatan mingguan di kolong Jembatan Siluk. Pada ruang terbuka berukuran 5 m x 5 m dibangun secara swadaya ruang baca dengan koleksi buku yang sebagian untuk anak-anak. Di tempat yang baru saja mendapat bantuan pribadi dari Nanan Sukarna (mantan Waka Polri) berupa pengerasan lantai dengan keramik sehingga memungkinkan anak-anak dan warga lainnya bisa berkegiatan mulai dari membaca, membuat pelatihan-workshop ketrampilan. Selain dirapikan, ruang kolong jembatan Siluk dihiasi dengan lukisan serta tulisan-tulisan pesan bagi anak-anak maupun siapapun yang singgah: ojo isin tumindak becik (jangan malu untuk berbuat baik), mari peduli lingkungan, sungaiku bersih, bersih itu indah, jangan buang sampah di sungai.

Beberapa waktu lalu saat badai Cempaka menerjang wilayah Yogyakarta, banjir yang melanda sungai Siluk sempat menghanyutkan beberapa rak buku serta koleksi buku JES yang tersimpan di dalamnya. Sebagian sempat diselamatkan meskipun sempat terendam banjir.

Kepada satuharapan.com, inisiator JES Kuat menjelaskan bahwa saat ini telah ada tiga program reguler mingguan: kelas seni rupa untuk anak-anak yang diasuh oleh seniman Yuswantoro Adi pada hari Minggu pekan kedua, sisir sampah di dusun terdekat Jembatan Siluk pada pekan ketiga, dan pelatihan memasak-ketrampilan bagi remaja dan ibu-ibu pada pekan keempat. Bersama relawan, Kuat masih membuka diri untuk program-program edukasi yang bisa diselenggarakan secara reguler di JES.

"Sebenarnya sempat ada program belajar bahasa Inggris pada pekan pertama, namun saat ini terhenti karena ketiadaan relawan pengasuhnya. Untuk sisir sampah serta pengelolaan sampah secara mandiri sudah bisa berjalan. Bahkan untuk sisir sampah terutama plastik bisa menghasilkan uang dari penjualan sampah plastik tersebut. Lumayan, bisa untuk menambah operasional kegiatan JES." jelas Kuat. Dari sisir sampah plastik rata-rata terkumpul uang sekitar tiga ratus ribuan rupiah dari sampah plastik yang dijual kepada pengepul sampah.

Diluar ketiga kegiatan tersebut seniman Bagong Subardjo kerap memberikan pelatihan seni pertunjukan kepada anak-anak. Dengan cara mendongeng selain mentransformasikan pengetahuan tentang seni, Bagong sekaligus memberikan pendidikan karakter dan budi-pekerti kepada anak-anak. Di sela-sela kegiatan, relawan yang terlibat tidak henti-hentinya mengajak anak-anak untuk menjaga kebersihan tempat aktivitas JES dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Pesan penting yang akan dibawa anak-anak nantinya: merawat apa yang dimiliki dari lingkungan sekitarnya dan menjaganya. Anak-anak semenjak dini diajak untuk "membaca" apa yang ada di sekitarnya. Sebuah pesan tentang kepedulian yang bisa disemi-kembangkan dimanapun nantinya.

Rencananya pada bulan September nanti, Bagong akan membuat kegiatan seni (pameran, bazar, panggung pertunjukan) melibatkan anak-anak dan ibu-ibu anggota JES dan warga masyarakat Desa Selopamioro.

Di bawah kolong jembatan Siluk mereka berkegiatan menjaga bantaran sungai dengan membaca segala apa yang ada di sekitarnya. Sungai adalah salah satu urat nadi yang berperan besar dalam berbagai aktivitas manusia mulai dari pemenuhan kebutuhan air untuk aktivitas manusia, pertanian, perdagangan, hingga hubungan antar bangsa. Sungai telah menopangi kehidupan masyarakat yang hidup di sekitarnya. Dari kolong jembatan Siluk, JES menyampaikan sebuah pesan penting: Ayo Membaca.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home