Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 10:14 WIB | Senin, 04 November 2019

PM Ethiopia Kritik Pemerintahnya Lemah Atasi Kerusuhan Sektarian

Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed. (Foto: Ist)

ADIS ABABA, SATHARAPAN.COM- Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, menilai pemerintahnya lemah dan malu-malu dalam menghadapi kerusuhan sektarian baru-baru ini yang menewaskan lebih dari 80 orang.

Protes terhadap Abiy, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini, meletus di ibu kota, Addis Ababa dan di wilayah Oromia Ethiopia pada 23 Oktober terkait seorang aktivis terkemuka menuduh pasukan keamanan berusaha menyerangnya, meskipun polisi membantah.

Situasi tegang dengan cepat berubah menjadi bentrokan etnis dan agama di berbagai lokasi di Oromia. Namun beberapa hari setelah kerusuhan, Abiy mengeluarkan pernyataan tertulis tentang kekerasan itu, dan ia dikritik karena tanggapan publiknya yang lambat.

Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pada hari Minggu malam, Abiy membela keputusannya untuk memprioritaskan "dialog" di atas penggunaan kekuatan.

"Pemerintah Ethiopia bermurah hati dengan tujuan untuk memperluas ruang politik dan demokrasi di Ethiopia," kata Abiy yang berkuasa mulai tahun lalu, dikutip AFP.

"Mereka memilih dialog dan pendidikan daripada menggunakan kekerasan, tetapi mereka yang berpikir kesabaran adalah ketakutan atau berbaik hati adalah kelemahan harus tahu bahwa mereka salah."

Abiy mengatakan jumlah korban tewas telah naik menjadi 86 dari angka sebelumnya 78 orang yang diberikan pekan lalu oleh sekretaris persnya, Billene Seyoum.

Di antara mereka, 76 tewas dalam "bentrokan komunal," sementara 10 tewas dalam "konfrontasi dengan pasukan keamanan," kata Abiy.

Korban tewas termasuk 50 anggota kelompok etnis Oromo, yang terbesar di negara itu, sementara 20 dari kelompok etnis Amhara, yang terbesar kedua.

Kekerasan etnis telah menjadi masalah yang berulang di bawah Abiy, menyebabkan Ethiopia mencatat lebih banyak orang yang kehilangan tempat tinggal dibandingkan negara lain tahun lalu.

Aktivis di berada pusat protes awal, Jawar Mohammed, yang semula mendukung Abiy berkuasa, tetapi dia baru-baru ini menjadi kritis terhadap beberapa kebijakan perdana menteri. Keduanya berasal dari kelompok etnis Oromo. Perseteruan keduanya bisa memicu perpecahan dalam basis dukungan Oromo pada Abiy yang dapat mempersulit upayanya untuk masa jabatan lima tahun ke depan, pada pemilihan umum Mei 2020.

Jawar, seorang penguasa media, sangat berpengaruh terjadinya perpecahan, dan dia dituduh oleh para kritikus mengobarkan dengan perpecahan etnis.

Berbicara kepada wartawan pekan lalu, Billene mengatakan lebih dari 400 orang telah ditangkap selama penyelidikan atas kekerasan, tetapi dia menolak mengatakan apakah pemerintah menganggap Jawar bertanggung jawab.

Abiy pada hari Minggu juga memberikan rincian agama para korban, mengatakan 40 adalah warga Kristen, 34 adalah Muslim dan sisanya menganut agama lain.

Para pemimpin Kristen Ortodoks menuduh pemerintah Abiy gagal melindungi para warga gereja. Paus Gereja Katolik Roma, Fransiskus mengatakan pada hari Minggu bahwa ia “sedih” oleh adanya serangan terhadap orang-orang Kristen Ortodoks Ethiopia dan mengajak orang-orang untuk “berdoa bagi semua korban kekerasan di sana.”

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home