Loading...
DUNIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:09 WIB | Sabtu, 25 Mei 2019

PM Inggris Theresa May Mundur, Tak Mampu Wujudkan Inggris Keluar dari Uni Eropa

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif pada tanggal 7 Juni, tetapi akan tetap menduduki kursi perdana menteri sampai penggantinya ditetapkan. (Foto:bbc.com)

INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan ia akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif pada tanggal 7 Juni, tetapi akan tetap menduduki kursi perdana menteri sampai penggantinya ditetapkan.

Di Inggris, ketua partai yang berkuasa secara otomatis menjadi perdana menteri. Proses pemilihan ketua Partai Konservatif dijadwalkan akan dilakukan seminggu setelah pengunduran diri May.

Langkah ini ditempuh menyusul paket usulannya untuk mewujudkan hasil referendum bahwa Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit ditolak tiga kali di parlemen. Sejumlah anggota parlemen dari partainya telah mengundurkan diri, termasuk yang terbaru Andrea Leadsom, yang mundur dari jabatannya sebagai ketua Majelis Rendah Parlemen Inggris.

Dalam pidato yang penuh emosi di Downing Street pada Jumat (24/5), Theresa May mengatakan ia "telah melakukan yang tebaik" untuk melaksanakan hasil referendum tahun 2016, yang memutuskan Inggris keluar dari organisasi Uni Eropa.

PM Perempuan Kedua

Lebih lanjut ia mengatakan, "sangat disesalkan" ia tidak mampu mewujudkan Brexit. Namun, pemilihan perdana menteri baru merupakan langkah terbaik bagi Inggris.

Ketika berpidato, suara May tersedak menahan tangis sambil mengatakan ia merasa beruntung dapat mengabdi kepada negara yang ia cintai.

Pada akhir pidatonya, suara Theresa May bergetar, "Sebentar lagi saya akan meninggalkan pekerjaan saya yang merupakan kehormatan dalam hidup saya."

"Perdana menteri perempuan kedua, tetapi tentu saja bukan yang terakhir."

Sebelum May, Inggris memiliki perdana menteri perempuan, Margaret Thatcher, juga berasal dari Konservatif.

Theresa May menjadi perdana menteri Inggris tahun 2016, menggantikan David Cameron. Ia menduduki jabatan itu tanpa melalui pemilihan umum, tetapi dengan cara menggusur David Cameron sebagai pemimpin Konservatif.

Keputusannya untuk menggelar pemilu yang dipercepat tahun 2017 justru memberikan pukulan, sebab kursi parlemen yang diduduki Konservatif berkurang dibanding jumlah hasil pemilu sebelumnya.

Sebelum menjadi perdana menteri, May menjabat sebagai menteri dalam negara selama enam tahun.

Calon Pengganti

Sejumlah anggota parlemen dari Konservatif telah mengungkapkan keinginan untuk merebut pos tertinggi di partai, yang kemudian akan menjadi perdana menteri baru Inggris. Mereka akan dipilih dalam kontes internal partai.

Sosok yang difavoritkan adalah mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson. Ia merupakan salah satu figur yang bersikeras membawa Inggris keluar dari Uni Eropa, bahkan sekalipun keluar tanpa kesepakatan. Ia memainkan peran penting dalam kampanye referendum tahun 2016.

Calon-calon lain terdiri atas anggota parlemen pro-Brexit garis keras, tetapi juga mereka yang memiliki hubungan dekat dengan Uni Eropa. (bbc.com)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home