Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 14:02 WIB | Kamis, 02 Oktober 2014

Politik Dalam Negeri Tak Stabil, IHSG dan Rupiah Anjlok

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2014 - 2019 yang berjumlah 560 anggota resmi diambil sumpah dan janji dalam sidang paripurna yang digelar di Gedung Nusantara Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan (1/10). Pengambilan sumpah dan janji anggota dewan tersebut disaksikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB. (Foto: Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (2/10) dibuka melemah 33,80 poin atau 0,66 persen ke posisi 5.107,11. Kurs dolar terhadap rupiah juga dibuka melemah 22 poin. Konflik politik dalam negeri diduga memicu pelemahan.

Sebagai tambahan, indeks 45 saham unggulan (LQ45) turun 8,47 poin (0,97 persen) ke posisi 862,33. Kondisi politik di dalam negeri yang juga kurang stabil menambah sentimen negatif, akibatnya investor cenderung mengambil langkah aman dengan melepas sebagian aset sahamnya. Namun, selain itu pergerakan pasar luar negeri juga berpengaruh.

“Bursa Asia pagi ini, termasuk indeks BEI bergerak melemah merespons sentimen data indeks manufaktur Eropa yang melambat serta mengantisipasi berakhirnya program quantitative easing (QE) AS,” kata Analis Samuel Sekuritas Aiza di Jakarta, Kamis.

Kondisi negatif eksternal itu, Aiza melanjutkan, berdampak pada pasar saham domestik, pelaku pasar asing cenderung mengambil posisi lepas saham selama tujuh hari berturut-turut dengan total mencapai 400 juta dolar AS.

 “Aksi lepas saham pelaku pasar itu sebagai kombinasi potensi akan berakhirnya quantitative easing, kenaikan suku bunga AS Fed rate, dan kondisi politik di dalam negeri yang kurang stabil,” katanya.

Head of Research Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan indeks BEI diperkirakan bergerak terkoreksi pada Kamis ini, kendati demikian diharapkan data ekonomi domestik yang telah dipublikasikan menjadi katalis bagi pergerakan IHSG ke depan.

“Aktivitas sektor manufaktur Indonesia membaik di bulan September 2014, atau naik dari 49,5 di bulan Agustus ke 50,7 di bulan September. Sebagai catatan, angka indeks di atas 50 mencerminkan ekspansi atau pertumbuhan,” katanya.

Bursa regional, di antaranya indeks Bursa KOSPI melemah 25,35 poin (1,27 persen) ke 1.967,34, indeks Nikkei turun 253,49 poin (1,58 persen) ke 15.828,82, dan Straits Times melemah 18,07 poin (0,53 persen) ke posisi 3.246,85.

Rupiah Kamis Pagi Melemah 22 Poin

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi melemah 22 poin menjadi Rp 12.147 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.125 per dolar AS.

Kombinasi sentimen negatif dari luar dan dalam negeri menjadi faktor mata uang rupiah kembali tertekan.

“Pemulihan ekonomi Amerika Serikat, penarikan stimulus quantitative easing dan kenaikan suku bunga AS (Fed rate) masih menjadi sentimen utama di pasar keuangan dalam negeri,” kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, kondisi itu cenderung membuat mata uang dolar AS dilirik investor sebagai aset lindung untuk menjaga nilai, sehingga tren penguatan dolar AS masih akan terus berlanjut.

Secara kebetulan, lanjut dia, kondisi di dalam negeri belum cukup mendukung untuk menopang mata uang rupiah. Situasi politik di dalam negeri yang dinilai kurang stabil menjadi salah satu penyebab mata uang rupiah mengalami tekanan.

Ia menambahkan, meski terdapat ekspektasi positif pada inflasi serta defisit yang cenderung mengecil, namun belum cukup menopang mata uang rupiah untuk kembali pada area positif.

“Diharapkan inflasi dalam negeri masih tetap terjaga dan defisit neraca perdagangan dapat terus ditekan sehingga mampu menahan koreksi rupiah lebih dalam,” ujarnya.

Analis Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan, dolar AS masih terapresiasi merespons pelemahan yen Jepang dan euro. Data ekonomi Jepang masih menunjukkan perlambatan, sementara negara-negara Eropa juga mengalami perlambatan manufaktur.

“Diharapkan, pelaku pasar masih merespons positif dari dalam negeri terkait dengan belum akan adanya perubahan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) sehingga mampu menahan pelemahan rupiah,” katanya. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home