Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta Widiadi 17:19 WIB | Kamis, 27 November 2014

Politik Kacau Karena Agama untuk Kekuasaan

Dr. Harbrinderjit Singh (H.S) Dillon, Ketua Dewan Penasihat TNC (The Nature Conservancy) Indonesia berbicara pada forum “Aliansi Strategis Antara Organisasi Keagamaan dan Lembaga Konservasi dalam Menghargai Keanekaragaman Hayati untuk Kekayaan Alam yang Berkelanjutan di Indonesia”, Kamis (27/11). (Foto: Prasasta)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dr. Harbrinderjit Singh (H.S) Dillon, Ketua Dewan Penasihat TNC (The Nature Conservancy) Indonesia mengemukakan politik Indonesia kacau karena berbagai partai politik berbasis agama hanya berebut kekuasaan.

“Jadi kalau saya lihat agama hanya dipakai untuk kepentingan kekuasaan,” kata H.S Dillon di hadapan para pemerhati lingkungan dan media, Kamis (27/11), di kantor TNC  Jl. Iskandarsyah, Jakarta.

H.S Dillon menyampaikan salah satu materi pada acara yang digelar TNC berjudul “Aliansi Strategis Antara Organisasi Keagamaan dan Lembaga Konservasi dalam Menghargai Keanekaragaman Hayati untuk Kekayaan Alam yang Berkelanjutan di Indonesia”

Dalam kesempatan tersebut para pemateri lainnya adalah Direktur Komunikasi dan Hubungan Eksternal Dompet Dhuafa Nana Mintarti, Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Suriadi,  Sapto Handoyo Sakti Direktur Bidang Eksternal TNC, Wahjudi Wardojo Penasihat Senior Untuk Kebijakan Terestrial TNC, dan Abdul Halim Penasihat Senior Untuk Kebijakan Kelautan TNC.

Laki-laki kelahiran Medan yang sehari-hari mengenakan surban tersebut mendasari pernyataannya karena pernah mendiskusikan tentang politik dan agama dengan almarhum Cak Nur (Prof.Dr.Nurcholish Madjid).

Cak Nur merupakan salah satu tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia yang dikenal dengan konsep pluralismenya yang mengakomodasi keberagaman berkeyakinan di Indonesia.

Dalam kaitannya dengan partai politik dan lingkungan, Dillon mengemukakan bahwa saat ini masih minim kepedulian partai terhadap lingkungan sekitar.

“Kalau kita ini bukan hanya masalah kekayaan alam ini masalah peradaban,” kata Dillon.

“Padahal kalau lihat yang kita lihat dibentuknya Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama) tujuannya jauh lebih baik,” Dillon menambahkan.

Ketidakseriusan partai politik, menurut mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ini yakni karena tidak ada niat untuk mengubah citra Indonesia dalam berbagai bidang, terutama lingkungan.  

“Saya pernah tanya kepada salah satu wartawan senior di Jawa Timur, pak, kok keadaan republik ini begitu kacau? Lalu wartawan itu menjawab saya, ya, karena mereka itu main-main Pak Dillon, jadi seakan akan pemimpin kita dalam tidak punya kesungguhan mengerjakan tugas yang merupakan amanah, dan dari mereka yang mendapat kursi kekuasaan, kursi itu buat mainan bukan dikerjakan,” Dillon mengakhiri penjelasannya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home