Loading...
MEDIA
Penulis: Melki Pangaribuan 15:18 WIB | Minggu, 26 Januari 2020

Pompeo Tuduh Reporter Radio NPR Berbohong

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (depan), Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo (tengah) dan Pelaksana Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney (belakang) menghadiri Sesi Pleno Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam KTT NATO di Watford, Inggris, Rabu (4/12/2019). (Foto: Reuters)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Sabtu (25/1), menuduh seorang reporter Radio Publik Nasional (NPR) berbohong kepadanya dan melanggar "kode etik jurnalistik dan kesopanan" setelah dia mengatakan Pompeo berulang kali memakinya setelah wawancara.

Wartawan NPR, Mary Louise Kell,y mengatakan pada Jumat (24/1)  bahwa Pompeo memakinya dan berulang kali "menggunakan kata-F" sambil berteriak setelah Pompeo ia tanyai selama wawancara sembilan menit soal Ukraina dan duta besar Amerika Serikat untuk Kiev yang dipecat.

Pompeo, yang dijadwalkan melakukan kunjungan resmi ke Ukraina pada Kamis, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu bahwa Kelly telah membohonginya dua kali - sekali dalam mengatur wawancara, dan kemudian menyetujui untuk melakukan wawancara dengan syarat "off the record".

"Sangat memalukan bahwa reporter ini memilih untuk melanggar kode etik jurnalistik dan kesusilaan. Ini adalah contoh lain dari bagaimana media telah dimanfaatkan dalam upayanya untuk menyakiti Presiden (Donald) Trump dan Pemerintahan ini," kata Pompeo.

"Tidak heran bahwa orang-orang Amerika tidak mempercayai banyak orang di media karena mereka secara konsisten menunjukkan agenda mereka dan bahwa mereka tidak punya integritas."

Perselisihan berpusat pada wawancara yang dilakukan Kelly dengan Pompeo untuk program NPR "All Things Considered". Dalam acara itu, Kelly bertanya kepadanya tentang Iran dan mantan Duta Besar AS untuk Ukraina Marie Yovanovitch, yang dipecat oleh Trump Mei lalu.

Pemecatan Yovanovitch adalah peristiwa penting dalam tindakan yang mendorong pemakzulan Presiden Republik bulan lalu oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang dikuasai fraksi Demokrat, dengan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres.

Kelly mengatakan dia telah memberi tahu para pembantu Pompeo bahwa dia akan bertanya tentang Iran dan Ukraina. Selama wawancara, dia mengajukan beberapa pertanyaan, termasuk apakah Pompeo mau menyampaikan permintaan maaf kepada Yovanovitch, yang bersaksi tahun lalu dalam penyelidikan pemakzulan DPR tentang pemecatannya. Insiden itu juga muncul dalam sidang pemakzulan Trump di Senat yang dipimpin Partai Republik.

Selama wawancara, Pompeo mengatakan dia hanya setuju untuk membahas Iran. Setelah itu, Kelly memberi tahu NPR, Pompeo berteriak dan berulang kali memakinya. Pompeo juga meminta asistennya membawa peta dunia dan meminta Kelly untuk menunjukkan posisi Ukraina, yang Kellly berhasil melakukannya, katanya kepada NPR.

Kelly mengatakan staf Pompeo tidak menyatakan bahwa hasil wawancara tersebut agar tidak disiarkan karena "off the record".

Ketika ditanya tentang tuduhan Pompeo terhadap Kelly, Wakil Presiden Senior Berita NPR Nancy Barnes mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Mary Louise Kelly selalu bersikap jujur, dan kami mendukung dia soal laporan ini."

Pada November, Pompeo menolak  membela Yovanovitch setelah Trump menyerangnya di Twitter.

Departemen Luar Negeri tidak menanggapi pertanyaan tentang pernyataan Pompeo. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home