Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 21:52 WIB | Minggu, 27 Mei 2018

Positioning Perupa Muda di YAA #3

Positioning Perupa Muda di YAA #3
Karya Setsu berjudul "Speed and Writers Power" dalam Pameran Perupa Muda - Yogya Annual Art #3 "Positioning" di Sangkring art project, 6-31 Mei 2018. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Positioning Perupa Muda di YAA #3
Dari kiri ke kanan: "Silent Tears" - Oktaviyani, "Untold Story" - M. Fadhil Abdi, "Ana Ye Ana" - Ignasius Dicky Takndare.
Positioning Perupa Muda di YAA #3
Mercury-Earth-Mars - 3 panel - Luh Pande Sandat Wangi - 2018.
Positioning Perupa Muda di YAA #3
Sebuah lukisan karya Lingga Ami Lisdianto.
Positioning Perupa Muda di YAA #3
Tomorrow still Bright - Dewa Gede Suyudana Sudewa (kiri), Playmate - Diana Puspita Putri.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Delapan belas perupa muda terpilih mempresentasikan karyanya pada Pameran Perupa Muda - Yogya Annual Art (YAA) #3. Dalam tema besar "Positining" kedelapan belas perupa menerjemahkan tema tersebut dalam karyanya sebagai upaya mengambil posisi pada perkembangan seni rupa Yogyakarta akhir-akhir ini.

Pameran yang berlangsung di Sangkring art project menampilkan tujuh belas karya dua matra (lukisan) dengan berbagai teknik dan aliran serta sebuah karya instalasi. Realis, dekoratif, dan abstrak, tiga gaya ini menjadi pilihan sebagian besar perupa muda. Satu karya yang berjudul "Classic Brick By Brick" dibuat Dede Cipon dengan teknik cetak grafis silk screen print menggunakan cat akrilik di atas kanvas.

Medium karya tidak luput dari eksplorasi perupa muda. Dalam karya berjudul "Hari Ini" I Wayan Piki Suyersa membuat lukisan bergaya abstrak ukuran 150 cm x 150 cm di atas tikar pandan. Anyaman tikar membentuk kontur yang memberikan imaji lebih liar ketika Suyersa menggoreskan warna-warna dalam bentuk abstrak di atasnya. 

Sementara Oktaviyani dalam karya berjudul "Silent Tears" pada bagian tangan dan wajah yang dilukisnya dia menggunakan benang berwarna untuk memberikan detail berkontur yang dramatis. Ada kecenderungan beberapa perupa muda di Yogyakarta membuat lukisan dengan gaya tersebut, salah satunya Laksamana Rio perupa muda asal Banyuwangi yang telah beberapa kali memamerkan karya-karya di Singapura dan Taiwan dalam dua tahun terakhir.

Tiga karya panel berbentuk lingkaran karya Luh Pande Sandat Wangi berjudul "Mercury-Earth-Mars" dalam gaya dekoratif yang dipajang pada dinding depan Sangkring art project mampu mencuri perhatian pengunjung. Dalam titik ini perupa muda diharapkan mampu mengambil posisi dan ceruk-ceruk kosong dunia seni rupa Yogyakarta yang tidak pernah sepi dari kreativitas. Diantara ribuan seniman-perupa yang ada di Yogyakarta, kalaupun belum mampu membangun "ruang" eksistensi, pengambilan posisi (positioning) menjadi penting terlebih ketika realitas dunia saat ini hampir-hampir tidak berjarak karena perkembangan teknologi dan informasi.

Sebuah karya tiga dimensi berjudul "Speed and Writers Power" yang dibuat oleh Setsu yang dipajang tepat di depan dinding dekat tangga naik kerap terlewatkan pengunjung yang memasuki ruang pamer Sangkring art project. Meskipun menjadi satu-satunya karya tiga dimensi, "daya ganggu" karya Setsu terkesan tidak ada. Namun kejelian Setsu mengambil posisi dalam penempatan karya yang memaksa pengunjung yang akan meninggalkan ruang pamer untuk berhenti sejenak menjadikan karya Setsu sebagai ending story bagaimana perupa muda mengambil positioning dalam konstelasi dunia seni rupa Yogyakarta yang tidak pernah tidur.

Pameran Perupa Muda rangkaian Yogya Annual Art #3 "Positioning" di Sangkring art project, Kampung Nitiprayan, Ngestiharjo-Bantul yang dibuka pada Minggu (6/5) malam akan berlangsung hingga 31 Mei 2018.

 

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home