Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 14:34 WIB | Sabtu, 22 April 2017

Presiden Jokowi Ingatkan Umat Hindu Wujudkan Tri Hita Karana

Perbedaan bukan penghalang persatuan
Presiden Jokowi Ingatkan Umat Hindu Wujudkan Tri Hita Karana
Presiden Joko Widodo menghadiri Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 yang digelar di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, hari Sabtu (22/4). (Foto-foto: BPMI Setpres)
Presiden Jokowi Ingatkan Umat Hindu Wujudkan Tri Hita Karana
Presiden Jokowi meyakini, dengan terus berpegang teguh kepada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, segenap bangsa Indonesia akan tetap bersatu dan maju menuju kesejahteraan bersama-sama.
Presiden Jokowi Ingatkan Umat Hindu Wujudkan Tri Hita Karana
Presiden Jokowi menyampaikan ucapan selamat hari raya bagi para umat Hindu di Indonesia.
Presiden Jokowi Ingatkan Umat Hindu Wujudkan Tri Hita Karana
Keharmonisan diyakini Presiden merupakan harapan dan impian semua orang.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - ­­Presiden Joko Widodo menghadiri Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 yang digelar di GOR Ahmad Yani, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, hari Sabtu (22/4).

Presiden Jokowi mengawali sambutannya dengan menyampaikan ucapan selamat hari raya bagi para umat Hindu di Indonesia.

"Semoga perayaan Nyepi yang waktunya berdekatan dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan bisa memberikan keheningan jiwa, rasa Shanti atau kedamaian, dan juga Jagadhita atau kesejahteraan bagi kita semua," kata Presiden Jokowi.

Kepala Negara menyadari bahwa Hari Raya Nyepi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu. Melalui momen Nyepi tersebut, Umat Hindu hendak membersihkan diri dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

"Dengan menjalankan Catur Bratha Penyepian, umat Hindu menyambut tahun baru Saka dengan semangat yang baru, dengan jiwa yang damai, yang lebih harmonis sesuai dengan nilai-nilai Tri Hita Karana," katanya.

Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup yang dipegang oleh umat Hindu. Falsafah itu mengajarkan umat untuk melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan sekitarnya.

"Kita telah banyak mengambil dari alam untuk dimanfaatkan menjadi sumber kehidupan kita. Sudah saatnya kita juga membayarnya kembali dengan cara menjaga dan melestarikan alam. Hanya dengan cara itu kita semua akan mendapatkan kehidupan yang harmonis," katanya.

Keharmonisan diyakini Presiden merupakan harapan dan impian semua orang. Apalagi di negara Indonesia, yang memiliki banyak sekali perbedaan suku, bahasa, dan juga keyakinan, semangat untuk menjaga keharmonisan tentu harus terus dipelihara.

"Perbedaan latar belakang suku, latar belakang agama, dan latar belakang budaya bukanlah penghalang bagi kita untuk bersatu. Bukan pula penghalang bagi kita untuk hidup dalam keharmonisan dan membangun solidaritas sosial yang kokoh," katanya.

Perbedaan yang ada itu tak mesti diseragamkan, namun tak pula ditiadakan. Perbedaan itu semestinya diikat oleh tali-tali persaudaraan, tali-tali kebersamaan, dan tali-tali persatuan Indonesia. Oleh karenanya, Indonesia patut bersyukur memiliki Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya.

"Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan pemersatu kita semua. Kita juga mempunyai Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pilar kebangsaan yang kokoh untuk menjaga dan merawat Indonesia yang majemuk ini," ia menegaskan.

Presiden Jokowi meyakini, dengan terus berpegang teguh kepada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, segenap bangsa Indonesia akan tetap bersatu dan maju menuju kesejahteraan bersama-sama.

"Saya yakin dengan berpegang pada Pancasila, dengan menjunjung semangat Bhinneka Tunggal Ika, kita akan tetap bersatu. Dengan bersatu, kita akan maju bersama, sejahtera bersama untuk menyongsong masa depan bangsa yang gemilang," kata Presiden.

Di penghujung acara, Presiden menyaksikan Oratorium”Mulat Sarira oleh Sanggar LKB ”Saraswati” yang menggambarkan keberagaman budaya di Indonesia.

Tampak hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono.

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home