Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 04:05 WIB | Selasa, 28 Januari 2020

Presiden Minta Al Azhar Mesir Lakukan Pembaruan Wacana Keagamaan

Imam Besar Al Azhar: Pesan Menunjukkan Toleransi dan Meninggalkan Ekstremisme
Imam besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed El-Tayyeb. (Foto: dari Al Ahram)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Presiden Mesir, Abdel-Fattah El-Sisi meminta lembaga-lembaga keagamaan, terutama Al-Azhar, untuk memberikan perhatian khusus pada pembaharuan wacana keagamaan. Dia menekankan bahwa jika tidak melakukannya akan membiarkan pintu terbuka bagi kaum muda untuk dipengaruhi oleh penafsiran Al-Quran dan Sunnah yang salah.

Anggota parlemen Mesir Mostafa Madbouly menyampaikan hal itu tas nama Presiden El-Sisis pada hari Senin (27/1) dalam Konferensi Internasional yang diselenggarakan Al-Azhar Mesir tentang Pembaruan Pemikiran Islam, di Kairo dan akan berlangsung dua hari hingga Selasa (28/1), menurut laporan Al Ahram.

Presiden El-Sisi mengatakan bahwa dia ingin konferensi internasional Al-Azhar menjadi awal dari rangkaian konferensi tahunan yang bertujuan mengembangkan pemikiran Islam.

Konferensi itu berfokus pada bagaimana memperbarui wacana keagamaan, mengatasi kesalahpahaman tentang Islam, membahas isu-isu perempuan dan keluarga, serta peran lembaga-lembaga keagamaan, akademik, dan internasional.

Konferensi dihadiri perwakilan dari Kementerian Wakaf (Awqaf), Dar Al-Efta, lembaga tertinggi di Mesir yang ditugaskan untuk memutuskan masalah-masalah keagamaan (fatwa), serta dewan Muslim dari 41 negara mayoritas Muslim.

Meninggalkan Ekstremisme

Imam besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed El-Tayyeb, mengatakan dalam pernyataan pers sebelumnya bahwa konferensi akan membantu mencapai pesan lembaga dalam menunjukkan toleransi Islam dan meninggalkan ekstremisme.

Presiden Mesir telah berulang kali menekankan dalam beberapa tahun terakhir pentingnya memiliki wacana keagamaan yang seimbang untuk menghadapi ekstremisme dan ideologi radikal. Dia menyalahkan wacana keagamaan yang sudah ketinggalan zaman, dan sering meminta ulama Islam untuk mereformasi pidato keagamaan mereka untuk menghadapi ideologi ekstremis.

Konferensi Al-Azhar ini dihadiri oleh perwakilan dan kepala lembaga agama dari 41 negara.

"Pembaruan yang kami cari tidak mengatasi prinsip-prinsip agama, kepercayaan atau keputusan yang disepakati oleh para ulama, tetapi menargetkan pembaruan dalam yurisprudensi bidang interaksi manusia dan ilmu pengetahuan," kata Madbouly.

"Keyakinan kami adalah tetap dan itu adalah bagian dari rahmat Tuhan kita, tetapi kami mencari perubahan sesuai dengan perkembangan, yang berubah dari satu negara ke negara lain, dan era ke era, dan berbeda dari satu orang ke orang lain," katanya.

El-Tayyeb juga mengumumkan tentang pendirian lembaga tentang warisan dan pembaruan Al-Azhar, yang dibentuk oleh para cendekiawan, profesor dan pakar Islam yang berhak mempromosikan pembaruan dari dalam dan luar Mesir.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home