Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 10:11 WIB | Sabtu, 10 Oktober 2015

Pujian Mengalir bagi NDQ, Pasca Menangi Nobel Perdamaian 2015

Sebuah meme yang mengumumkan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2015 yang disuguhkan oleh akun twitter nobelprize.org (Meme: nobelprize.org)

PARIS, SATUHARAPAN.COM - Berbagai pujian dari para pemimpin di sejumlah negara mengalir kepada pemenang Nobel Perdamaian, Kuartet Dialog Nasional Tunisia (NDQ) yang diumumkan Jumat (9/10) di Oslo, Norwegia.

Presiden Prancis Francois Hollande,  mengatakan penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian kepada mediator dialog nasional Tunisia merupakan hadiah bagi keberhasilan transisi menuju demokrasi di negara Afrika utara tersebut.

“Hadiah Nobel merupakan penghargaan bagi keberhasilan transisi demokrasi di Tunisia,” kata Hollande, Jumat (9/10).

Ia mengatakan bahwa  Tunisia merupakan satu-satunya negara yang berhasil menggelar pemilu dan akhirnya menciptakan demokrasi dari kalangan negara-negara Arab yang mengalami revolusi.

Hadiah Nobel “juga merupakan motivasi bagi kami untuk mendukung Tunisia dalam menghadapi tantangan,” kata Hollande.

Kuartet Dialog Nasional Tunisia dibentuk pada 2013 ketika proses demokratisasi di Tunisia terancam gagal akibat kerusuhan sosial yang meluas.

Dialog itu dinilai telah berhasil membantu membangun demokrasi di Tunisia, tempat "Musim Semi Arab" berawal, serta merupakan contoh transisi damai di suatu wilayah yang tengah berjuang mengatasi kekerasan dan pergolakan.

Dialog Nasional itu disebut kuartet karena terdiri dari empat elemen, yaitu Serikat Pekerja Tunisia (UGTT), Konfederasi Perindustrian, Perdagangan dan Kerajinan Tunisia(UTICA), Liga Hak Asasi Manusia Tunisia (LTDH), dan Orde Pengacara Tunisia. Dialog ini dibentuk pada tahun 2013.

Houcine Abbasi, sekretaris jenderal UGTT menyebut hadiah Nobel Perdamaian  merupakan perhargaan bagi para pahlawan demokrasi negara tersebut. 

“Upaya yang dilakukan oleh generasi muda memungkinkan negara ini untuk mengakhiri pemerintahan diktator,” kata Houcine Abbasi.

UGTT sendiri termasuk berupaya  menciptakan demokrasi pascarevolusi pada 2011.

Ia juga memuji kesediaan berbagai partai politik “untuk bersedia berunding guna mencari solusi atas krisis politik.”

Pujian serupa datang dari para petinggi Uni Eropa yang memuji para juru runding nasional Tunisia setelah mereka meraih Hadiah Nobel Perdamaian, dan menyatakan bahwa mereka telah menunjukkan kepada Afrika Utara dan Timur Tengah cara demokratis untuk keluar dari krisis.

“Hadiah Nobel Perdamaian kepada Kuartet Dialog Nasional di Tunisia menunjukkan jalan keluar dari krisis di kawasan: yakni persatuan nasional dan demokrasi,” ujar kepala kebijakan luar negeri uni Eropa Federica Mogherini melalui Twitter.

Sejak Revolusi Melati di Tunisia pada 2011 memicu revolusi di dunia Arab (Arab Spring), Uni Eropa meningkatkan dukungan kepada negara di kawasan Afrika Utara tersebut dengan memberikan bantuan dan dukungan politik dan melakukan pembicaraan perdagangan.

Sejumlah pejabat senior Uni Eropa juga berkunjung ke Tunisia sebelumnya pada tahun ini untuk mendukung upaya pemberantasan ancaman ekstremisme pascaserangan tragis di sebuah museum di ibu kota Tunis.

Presiden Uni Eropa Donald Tusk menyatakan selamat, dan dia mengapresiasi raihan tersebut.

 “Selamat kepada Kuartet Dialog Nasional karena meraih Hadiah Nobel. Setelah berkunjung ke Tunisia pada Maret silam, saya dapat memahami dan menghormati keputusan tersebut,” kata Tusk.

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan penghargaan tersebut sangat layak diberikan dan Uni Eropa turut berbangga seperti rakyat Tunisia. (Ant/AFP)

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home