Loading...
MEDIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:32 WIB | Rabu, 17 April 2019

Pulitzer untuk Jurnalis Myanmar yang Dipenjara karena Berita Rohingya

Wa Lone saat dihadapkan ke pengadilan Myanmar, Februari 2018. (Foto: dw.com)

AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Jurnalis dari kantor berita Reuters dan Associated Press (AP), memenangkan penghargaan bergengsi Pulitzer Prize hari Senin (15/4). Harian New York Times dan Washington Post juga masing-masing memenangkan dua penghargaan.

Tema yang jadi sorotan antara lain peristiwa pembantaian Rohingya di Myanmar, investigasi tentang kampanye Donald Trump, masalah pengungsi dan migran gelap di perbatasan, dan penembakan massal di Amerika Serikat.

Reuters memenangkan penghargaan untuk pemberitaan internasional, dan AP untuk pemberitaan tentang perang di Yaman.

Laporan investigatif Reuters yang mendapat penghargaan antara lain mengenai pembantaian 10 warga Rohingya di Desa Inn Din di zona konflik Rakhine di Myanmar.

Dua jurnalis yang mendapat penghargaan itu, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, sekarang di penjara di Myanmar karena mengungkapkan kasus itu.

"Tentu kami puas karena pekerjaan kami dihargai, namun perhatian publik harus lebih difokuskan pada (nasib) orang-orang yang kami beritakan, dalam hal ini warga Rohingya dan para migran Amerika Tengah," kata Pemimpin Redaksi Reuters Stephen J Adler.

 Ditahan dan Dijatuhi Hukuman Penjara

Dua wartawan muda Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, keduanya warga Myanmar, menemukan kuburan massal yang penuh dengan tulang belulang. Mereka lalu mengumpulkan kesaksian para keluarga korban, saksi, dan pelaku kejahatan itu.

Dua foto mereka menunjukkan 10 pria Rohingya yang sedang terikat dan berlutut, foto ketiga menunjukkan mayat-mayat 10 pria itu yang telah dimutilasi dan penuh peluru di kuburan massal yang dangkal.

Pada Desember 2017, sebelum Wa Lone dan Kyaw Soe Oo menyelesaikan investigasi mereka, keduanya ditangkap aparat Myanmar. Laporan "Pembantaian di Myanmar" itu kemudian diselesaikan oleh koleganya Simon Lewis dan Antoni Slodkowski dan diterbitkan pada Februari 2018.

Bulan September lalu, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara,  dengan dakwaan Undang-Undang Kerahasiaan Negara.

"Saya senang Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dan rekan-rekan mereka mendapat penghargaan untuk liputan mereka yang luar biasa, berani, dan sangat menyentuh… Namun, saya tetap sangat tertekan, bahwa reporter kami Wa Lone dan Kyaw Soe Oo masih berada di balik jeruji besi," kata Stephen J Adler.

Foto-foto dari Perbatasan AS

Dalam kategori fotografi berita aktual, 11 fotografer Reuters menyumbangkan gambar untuk paket foto "On the Migrant Trail to America", yang menunjukkan para pencari suaka dan pengungsi dari Amerika Tengah di perbatasan AS.

Satu foto yang dibuat Kim Kyung-Hoon, menunjukkan para migran melarikan diri dari serangan air mata yang diluncurkan aparat AS ke wilayah Meksiko di perbatasan antara San Diego dan Tijuana. Dalam foto terlihat seorang ibu membawa anak perempuan kembarnya, yang satu memakai popok dan sandal karet, yang lainnya bertelanjang kaki, ketika berusaha lari dari tabung gas air mata yang berasap.

Kasus-Kasus Penembakan Massal

Florida South Sun Sentinel memenangkan penghargaan layanan publik, karena "mengekspos kegagalan para pejabat sekolah dan penegak hukum sebelum dan setelah penembakan mematikan di Marjory Stoneman Douglas High School," kata dewan Pulitzer. Tujuh belas orang tewas dalam pembantaian di SMA Parkland, Florida, pada 14 Februari 2018.

Pittsburgh Post-Gazette memenangkan hadiah berita utama karena liputannya yang "mendalam, penuh empati" tentang pembantaian di sinagoge Tree of Life Pittsburgh yang menewaskan 11 orang pada 27 Oktober 2018.

Dewan Pulitzer juga memberikan catatan khusus kepada Capital Gazette of Annapolis, Maryland, untuk "tanggapan berani mereka terhadap kasus pembunuhan jurnalis terbesar dalam sejarah AS di ruang kerjanya." Seorang pria bersenjata menembak dan membunuh lima orang di kantor Capital Gazette of Annapolis pada 28 Juni 2018. (dw.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home