Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:52 WIB | Sabtu, 16 Februari 2019

Pusat Pengolahan Kakao UGM, Diproyeksikan Jadi Teaching Industry

Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) dan dijalankan oleh perusahaan milik UGM di bidang perkebunan, PT Pagilaran, yang didirikan atas kerja sama antara UGM dan Kementerian Perindustrian dan Pemerintah Kabupaten Batang, diresmikan Menristekdikti Mohamad Nasir, pada Senin (11/2). (Foto; ristekdikti.go.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Universitas Gadjah Mada (UGM) kini memiliki fasilitas pengolahan biji kakao menjadi cokelat yang siap dikonsumsi. Fasilitas yang berfungsi sebagai pabrik sekaligus tempat penelitian ini dinamakan Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) dan dijalankan oleh perusahaan milik UGM di bidang perkebunan, PT Pagilaran.

“Ini bagian dari program Inovasi di Kemenristekdikti, yaitu menghilirkan riset terapan yang ada di industri kakao yang sudah dihasilkan PT. Pagilaran, di bawah koordinasi UGM, untuk ke depannya menjadi bagian dari program ‘teaching industry’. Di masa yang akan datang para academicians (UGM); business society (PT Paligaran) dalam koordinasi government (Pemerintah RI qq Kemenristekdikti), diharapkan terus berkolaborasi dengan peneliti, perekayasa dan inovator, untuk secara kontinyu menghasilkan inovasi unggul buatan anak bangsa,” kata Menristekdikti Mohamad Nasir saat memberi sambutan saat Peresmian PPKIPKT UGM pada Senin (11/2).

PPKIPTK yang menjadi teaching industry UGM ini terletak di tengah perkebunan PT Pagilaran di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Menteri Nasir bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meresmikan PPKIPKT, yang didirikan dengan kerja sama antara UGM dan Kementerian Perindustrian dan Pemerintah Kabupaten Batang. Turut hadir pula Bupati Batang Wihaji dan Rektor UGM Panut Mulyono.

Menteri Nasir mengatakan, Indonesia yang masuk tiga besar negara produsen kakao, perlu menjadi salah satu negara produsen cokelat yang siap dikonsumsi. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan fasilitas ‘teaching industry’ milik UGM ini terus berinovasi.

“Katakanlah satu hektare lahan dapat menghasilkan satu ton kakao. Harus dipikirkan bagaimana ke depannya dari luasan lahan yang sama bisa menghasilkan 3 atau 4 ton. Untuk itu diperlukan terus-menerus teknologi dan inovasi yang terbaru. Selain itu, manajemen Pusat Pengolahan Kakao UGM juga harus terus menerus disesuaikan dan beradaptasi dengan kemajuan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang tengah mendunia saat ini,” kata Nasir.

Selain menghasilan berbagai inovasi, Menristekdikti M Nasir juga berharap akan selalu ada penelitian, rekayasa dan inovasi baru, yang dihasilkan oleh mahasiswa/i pascasarjana pada PPKIPKT UGM, yang dipercayakan sebagai salah satu model ‘teaching industry’ di Indonesia.

“Kalau bisa kita berkolaborasi dengan peneliti lain baik di Indonesia, maupun dari luar negeri. Para peneliti di pusat ini, harus bisa menghasilkan doktor milenial yang spesifik dan unggul untuk pengolahan kakao kedepannya. Inovasi itu tidak terbatas, yang membatasinya hanya langit dan kemauan. Oleh sebab itu, para generasi muda Indonesia harus tidak pernah lelah untuk menghasilkan Good News From Indonesia (GFNI) dalam berbagai sektor.m,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia perlu menggunakan inovasi agar dapat menyaingi negara penghasil cokelat dari Eropa.

“Kita sebagai penghasil kakao nomor tiga di dunia, tidak boleh hanya puas sebagai ‘supplier’ kakao, tapi kita harus menghasilkan produk akhir,” kata Menperin Airlangga.

Airlangga menyatakan, sudah waktunya UGM turut berpartisipasi dalam mendorong Indonesia dapat menjadi penghasil cokelat dunia.

“Kami sudah sampaikan kepada Presiden bahwa pabrik ini adalah ‘teaching industry’, dimana diharapkan industrialisasi sudah masuk ke kampus,” kata Menteri Airlangga. (ristekdikti.go.id)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home