Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 16:51 WIB | Selasa, 01 Mei 2018

Putri Noura, Duta Mode Arab Saudi

Putri Noura binti Faisal Al-Saud. (Foto: Arab Fashion Council)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM – Terinspirasi pengalaman tinggal di Tokyo, Putri Noura binti Faisal Al-Saud, menjadi wajah baru dunia mode Arab Saudi, di tengah reformasi besar-besaran yang melanda kerajaan konservatif tersebut.

Putri Noura, cicit pendiri Kerajaan Arab Saudi, ditunjuk sebagai Presiden Kehormatan Dewan Mode Arab Saudi pada Desember tahun lalu.

Noura, yang merayakan ulang tahun ke-30 pada Minggu, 29 April, pada menjelang penggal pertengahan April menggelar peragaan busana pertama di negaranya. Arab Fashion Week menampilkan perancang mode kelas dunia, seperti Jean Paul Gaultier dan Roberto Cavalli.

Mengenakan kerudung menutupi rambutnya, Putri Noura, seperti dilansir VOA, adalah karakter yang hangat, terbuka dan mengesankan. Ia mewakili gambaran para penggemarnya sebagai masa depan Arab Saudi. Namun, para kritikus menepis hal itu hanya sebagai pencitraan di salah satu negara dengan pembatasan paling ketat di dunia.

“Tentunya saya memahami persepsi masyarakat,” kata Putri Noura kepada AFP dalam sebuah wawancara di Riyadh. “Arab Saudi punya ikatan kuat dengan budayanya. Sebagai perempuan Saudi, saya menghormati budaya saya, saya menghormati agama saya.”

“Mengenakan abaya atau mengenakan pakaian yang mungkin Anda sebut konservatif, adalah bagian dari kami. Bagian dari budaya kami. Inilah kehidupan kami, bahkan ketika melakukan perjalanan,” kata dia.

Menyandang gelar Master Bisnis Internasional dari Universitas Rikkyo di Tokyo, Putri Noura menyebut pengalamannya tinggal di Tokyo membawa pengaruh besar dalam pendekatannya terhadap mode, bisnis, dan masyarakat di negaranya.

“Dari sanalah kecintaan terhadap dunia mode berawal,” kata dia, “Jadi, saya pikir, saya membawa banyak unsur Jepang ke Saudi...menghormati orang lain, menghormati budaya orang lain, agama orang lain.”

Putri Noura juga tertarik memperkenalkan produksi tekstil di Arab Saudi, yang sedang berusaha mengurangi ketergantungan ekonomi pada sumber pendapatan dari penjualan minyak mentah.

“Bahkan bila hanya 10 persen dari lini produksi atau lini manufaktur, kami bisa menjalankan tahap penyelesaian, tahap akhir perakitan di Arab Saudi,” kata Noura, “Saya percaya kami bisa melakukan hal yang besar.”

Peragaan Busana Pertama di Arab Saudi

Peragaan busana Arab Fashion Week pertama di Arab Saudi, dibuka pada 11 April lalu, terlambat dua minggu dari jadwal, di bawah pengawasan Putri Noura. Sebagian persoalan, menurut laporan NPR, menyangkut masalah visa bagi model.

Diselenggarakan oleh Dewan Mode Arab (Arab Fashion Council), pergelaran busana ini menarik perhatian internasional. Baik karena dipandang sebagai titik balik Arab Saudi maupun karena pengaturannya yang kontroversial, dengan membatasi acara untuk tamu perempuan dan melarang penggunaan kamera.

Fatma Tanis dari NPR melaporkan pengambilan gambar di ruang peragaan busana hanya diperbolehkan satu kali, dan pembuatannya dikontrol pemerintah.

Putri Noura mengatakan pembatasan itu dipandang perlu sebagai bagian dari budaya setempat yang harus diikuti.

Selain Jean Paul Gaultier dan Roberto Cavalli, tampil desainer Lebanon Tony Ward, desainer Kazakhstan, desainer Brasil, dan Amerika Serikat. Tak ketinggalan desainer tuan rumah, di antaranya Arwa al-Banawi.

Desainer Lebanon Naja Saade, kepada NPR mengatakan pencinta fashion Arab Saudi berkiblat ke gaya Eropa. Mereka menyukai finishing yang handmade, dan selera mereka sangat spesial, pantang kembaran. Mereka biasanya menonton peragaan busana tahunan di kota-kota mode dunia, seperti New York, Paris, dan Milan.

Jacob Abrian, CEO dari Arab Fashion Council, penyelenggara event yang bermarkas di Dubai, mengatakan para putri dari Kerajaan Arab Saudi adalah “biggest collectors” di dunia dari rancangan adibusana. (VOA/NPR

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home