Loading...
INSPIRASI
Penulis: Priskila Prima Hevina 07:43 WIB | Kamis, 01 Desember 2016

Rendah Hatilah

Merendahkan orang lain tidak membuat kita secara otomatis jadi tinggi.
Makin berisi (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Mengapa orang zaman sekarang mudah sekali menghina? Mengapa orang zaman sekarang mudah sekali merasa dihina? Jawabannya sama: akibat posisi hati kita ketinggian alias arogansi kita berlebihan. So, gampang sekali kita menertawakan dan mencaci orang lain. Kita kira derajat mereka itu ada di bawah kita sehingga layak dihina. So, kita pun gampang sekali sakit hati ketika ada perkataan pedas terlontar dari mulut orang lain. Kita sangka derajat kita ada di atas mereka sehingga kita tidak layak dihina.

Tak ayal bangsa ini gawat darurat ketentramannya. Orang memfungsikan telinganya hanya untuk suara yang sedap didengar dan tidak siap untuk menerima kritik pahit dari lawan bicaranya. Orang mendengar suara dengan tujuan supaya dapat segera memberi jawaban atau bantahan, bukan supaya dapat memahami.

Belakangan ini istilah ”kafir” sedang naik daun lantaran kerap disebut di sana-sini. Menurut KBBI daring, kafir memiliki makna ”orang yang tidak percaya kepada Allah SWT dan rasul-Nya.” Sedang mengafirkan berarti menganggap atau memandang atau menjadikan kafir.

Masalah keimanan dan kepercayaan orang kepada Tuhan adalah urusan pribadi. Sungguh tidak benar kalau manusia biasa bisa menghakimi iman orang lain. Bukan istilah ”kafir” yang keliru, tetapi penggunaannya secara frontal sambil menuding orang lain, itulah yang perlu direfleksikan.

Bukankah Tuhan Allah Pencipta Alam Semesta yang menciptakan kita semua? Harga diri kita masing-masing, derajat diri kita masing-masing sama di mata-Nya. Perbedaan yang Dia adakan tidak dimaksudkan untuk memunculkan peperangan. Melainkan agar kita semakin tunduk hormat kepada-Nya.

Andai ada kelompok manusia yang nyentrik, yang berbeda pandangan dengan kita, Dia mengajar agar kita tidak memusuhinya. Tidak juga dengan menghakiminya, merendahkan martabatnya. Dia memberi teladan agar kita menyebut mereka sebagai sesama manusia. Dan mengasihi semua orang adalah PR wajib tiap pengikut-Nya.

Tanggal 4 November 2016, juga 2 Desember 2016, adalah hari bersejarah bagi bangsa ini. Berbondong-bondong orang pergi ke ibu kota untuk aksi damai. Sayangnya ”damai” di sini cuma istilah. Sebab yang terjadi di dalamnya adalah kekerasan, caci maki, ujar fitnah, kebencian, penghakiman, pengrusakan. Apa yang terjadi?

Ayolah! Dengan benci dan caci maki, dengan fitnah dan melontarkan penghinaan, dengan menghakimi dan bertindak anarki, tidak akan membuahkan apa-pun yang baik. Merendahkan orang lain tidak membuat kita secara otomatis jadi tinggi.  Sebaliknya, rendahkan hati kita masing-masing. Sebab justru mereka yang merendahkan hati akan ditinggikan oleh-Nya. Lagi pula, bukankah—sebagaimana tanaman padi—makin berisi semestinya memang makin merunduk?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home