Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 13:13 WIB | Selasa, 21 Februari 2017

RI-Pakistan Jajaki Akses Pasar Jeruk Kinnow dan Daging Sapi

Mewujudkan perdagangan bilateral yang berkesinambungan
Ilustrasi. Presiden Joko Widodo bersama dengan anak-anak yang mengenakan busana dari berbagai daerah di Indonesia menyempatkan untuk mencicipi dan merasakan sendiri buah unggulan Indonesia pada acara “Fruit Indonesia 2016” di Senayan, Jakarta, hari Kamis (17/11). (Foto: BPMI Setpres)

ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, mengatakan pertemuan ke-2 Komisi Bersama untuk review Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) telah dilangsungkan pada 16-17 Februari 2017 di ibu kota Pakistan, Islamabad.

Menurut Iman, pertemuan berlangsung dalam suasana persaudaraan dan semangat bersama untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara.

Dua isu penting yang dibahas kedua delegasi adalah upaya memetik manfaat lebih besar dari IP-PTA, serta kerja sama promosi perdagangan dan investasi. Apabila kedua hal tersebut dapat didorong secara signifikan, maka tidak ada alasan bagi kedua negara untuk tidak memperluas cakupan IP-PTA menjadi Trade in Goods Agreement atau bahkan Comprehensive Economic Partnership Agreement bila skema IP-PTA dirasakan kurang maksimal.

"Suasana pertemuan sangat positif dan hal ini dilatarbelakangi oleh hubungan bilateral yang begitu dekat, khususnya sejak berdirinya negara Pakistan. Kedua pihak secara sangat terbuka menginformasikan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perdagangan bilateral di bawah kerangka PTA, dan sepakat agar hambatan tersebut diatasi sedapat mungkin sebelum pembicaraan beranjak ke modalitas perundingan Trade in Goods Agreement,” kata Iman Pambagyo, hari Senin (20/2).

Gangguan Akses Pasar Produk

Ketua Delegasi RI pada pertemuan itu mengatakan, beberapa isu yang dibahas mendalam oleh kedua delegasi di antaranya adalah terbatasnya akses pasar jeruk Kinnow ke Indonesia, potensi gangguan akses pasar produk kelapa sawit ke Pakistan, serta minat Pakistan untuk menyuplai kebutuhan Indonesia akan beras putih dan beras Basmati, peralatan bedah, dan daging sapi.

Sementara Indonesia menyampaikan permasalahan tarif tinggi pada beberapa produk kepentingan ekspor Indonesia seperti produk kelapa sawit dan kertas, serta kebijakan trade remedies Pakistan yang dirasakan terlalu agresif terhadap Indonesia.

Isu-isu tersebut muncul di tengah fakta bahwa sejak diberlakukannya PTA pada 2012, ekspor Indonesia ke Pakistan meningkat tajam sementara ekspor Pakistan ke Indonesia justru menurun.

Pada 2015, ekspor Indonesia ke Pakistan tercatat hampir mencapai USD 2 miliar, sementara ekspor Pakistan ke Indonesia bertengger pada nilai USD 174,5 juta, sehingga Indonesia menikmati surplus sebesar USD 1,8 miliar.

"Kita perlu melihat perdagangan Indonesia dengan Pakistan dalam konteks yang lebih luas dan jauh ke depan karena neraca perdagangan yang terlalu pincang tidak akan sustainable dalam jangka panjang. Kajian Kemendag menunjukkan bila kita perluas cakupan konsesi tarif hingga 50 atau 75 bahkan 100% dari total pos tarif, neraca perdagangan akan tetap berpihak pada Indonesia sepanjang produk unggulan kita seperti kelapa sawit, kertas, produk kimia dan produk olahan unggulan lainnya tetap mendapatkan akses luas ke pasar Pakistan,” tambah Iman.

Sebuah studi dari PricewaterhouseCoopers baru-baru ini memproyeksikan bahwa Indonesia dan Pakistan masing-masing akan menjadi ekonomi terbesar ke-4 dan ke-16 pada 2050.

“Proyeksi ini juga perlu menjadi pertimbangan kita hari ini ketika kita berbicara mengenai peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antarakedua negara,” katanya.

Hub bagi Kelapa Sawit RI

Pertemuan kali ini berbeda dari pertemuan bilateral sebelumnya karena Delegasi Indonesia didampingi wakil dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Wakil GAPKI melakukan pertemuan terpisah dengan mitranya dari Pakistan, dan keduanya sepakat untuk memperkuat kerja sama secara terlembaga untuk tidak saja meningkatkan kontribusi kelapa sawit bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Pakistan, tetapi juga membangun Pakistan sebagai hub bagi kelapa sawit Indonesia untuk menembus pasar sekitar seperti Iran, Timur Tengah, dan Asia Tengah.

“Kami mendukung upaya langsung di antara sesama pelaku bisnis ini, yang mencerminkan tumbuhnya co-ownership atas upaya kedua pemerintah meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi,” ujar Duta Besar RI untuk Pakistan, Iwan Amri.

Di akhir pertemuan, Delegasi Indonesia mengundang pelaku usaha Pakistan untuk berpartisipasi dan memanfaatkan forum Trade Expo Indonesia ke-32 pada Oktober 2017 guna mengetahui lebih jauh potensi ekspor Indonesia serta peluang kerja sama investasi dengan pelaku bisnis Indonesia, baik di Indonesia maupun Pakistan. (PR)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home