Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 13:44 WIB | Jumat, 02 Oktober 2015

Ribuan Umat Kristen Injili Dunia ke Yerusalem Dukung Israel

Umat Kristen Injili dari Pakistan tampak melambaikan bendera negaranya dalam pertemuan kalangan Kristen Injili di Yerusalem. Ribuan umat Kristen Injili dari 80 negara di dunia berkumpul pada 29 September 2015 lalu untuk menunjukkan dukungan kepada negara Israel. (Foto: voanews.com)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Ribuan umat Kristen Injili dari lebih 80 negara datang ke Yerusalem pekan ini untuk menunjukkan dukungan mereka bagi negara Yahudi itu, termasuk para peziarah dan politisi dari negara-negara dengan sejarah permusuhan terhadap Israel.

Menurut voanews.com yang melaporkan peristiwa ini, pekan perayaan itu mencerminkan pertumbuhan dramatis umat evangelis Kristen di seluruh dunia yang memberikan dorongan ke Israel pada saat negara ini semakin terisolasi secara internasional.

Sikap bangsa Israel sendiri terhadap kalangan Kristen Injili terus berkembang, dari skeptisisme terhadap motif kaum Kristen Zionis, ke sikap realistis bahwa Israel tidak dapat bertahan hidup hanya mengandalkan dukungan dari diaspora komunitas Yahudi saja. Disamping itu potensi dorongan politik dan pariwisata Kristen dari kalangan Krsiten Injili juga tidak dapat diremehkan.

"Israel tidak memiliki teman yang lebih baik di seluruh dunia," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dalam pidato yang direkam dan dipancarkan ke seluruh sudut stadion basket Yerusalem  yang disambut sorak-sorai peziarah pada hari Selasa  (22/9).

Hadirin  melambaikan bendera dari negara asal mereka seperti Angola, Brazil, Tiongkok, Jerman, Italia dan Amerika Serikat. Bahkan ada delegasi kecil dari Mesir.

Kristen Injili adalah salah satu gerakan keagamaan yang paling cepat berkembang di dunia. Dari 2 miliar umat Kristen di dunia, sekitar 700 juta adalah Kristen Injili, menurut lembaga  International Christian Embassy Jerusalem yang pro-Israel. Lembaga ini pula yang mengorganisasi pertemuan tersebut.

Gerakan Kristen Injili merupakan organisasi yang perluasan pengikutnya paling menonjol di Amerika Latin, Afrika dan Asia - daerah yang "memiliki potensi besar bagi bangsa Israel dalam hal politik, diplomatik dan ekonomi," menurut sebuah kertas kerja yang dipresentasikan kelompok tersebut di Kemenlu Israel, tahun lalu.

Pertemuan selama sepekan di Yerusalem tersebut adalah kegiatan tahunan dan dalam istilah Kristen disebut sebagai Hari Raya Pondok Daun. Pada zaman Alkitab perayaan ini ditandai dengan ziarah ke Bait Allah di Yerusalem. Pertemuan tahunan kali ini diisi antara lain dengan pertunjukan konser doa rock di mana umat menyanyikan lagu bahasa Ibrani dan mengibarkan bendera parade tahunan melalui jalan-jalan Yerusalem.

Kaum Kristen Injili mengatakan afinitas mereka untuk Israel berasal dari akar Yahudi Kristen dan mereka mengharapkan datangnya era Mesianik ketika semua bangsa di bumi akan berbondong-bondong ke Yerusalem.

Selama ini telah lama muncul kecurigaan di kalangan Israel bahwa bahwa Kristen Injili sangat percaya bahwa negara Yahudi modern yang mereka dambakan ialah kedatangan Yesus kembali. Ketika itu semua orang harus menerima Kekristenan. Kalau tidak, akan mati.

Tidak mengherankan bila pertemuan kalangan Kristen Injili ini juga mendatangkan penentangan. Kepala Kerabian Israel menyerukan orang-orang Yahudi untuk memboikot acara ini dan menyebutnya "berbahaya secara rohani. Ia memperingatkan bahwa kalangan Kristen Injili mencoba untuk membawa orang-orang Yahudi menjadi  Kristen.

Di sisi lain kalangan Israel Liberal juga tidak nyaman dengan fenomena dukungan kalangan Kristen Injili karena hubungan mereka yang erat dengan para politisi ekstrem kanan di AS. Kalangan ekstrem kanan AS ini mendukung pemukiman kembali penduduk Yahudi di West Bank, salah satu titik buntu dalam perundingan Israel-Palestina. Sejumlah kalangan Kristen Injili, terutama dari AS, bekerja sebagai relawan pada proyek pemukiman kembali di West Bank.

Kendati demikian, kecurigaan terhadap kalangan Kristen Injili pada umumnya dapat dikatakan berkurang di Israel, terutama  karena kelompok Injili menyalurkan sumbangan besar kepada Israel. Perwakilan Kristen Injili di Israel juga tidak terlalu membesar-besarkan perihal kiamat, dan mengatakan bahwa itu bukan titik sentral iman kalangan Kristen Injili.

"Kami merasa bahwa dukungan mereka adalah asli dan bukan berasal dari motif tersembunyi," kata Akiva Tor dari Kementerian Luar Negeri Israel.

Israel telah lama bergantung pada diaspora masyarakat Yahudi untuk mendapatkan sumbangan dan melobi pemerintah setempat atas nama Israel. Tetapi  basis dukungan masyarakat Kristen Injili dunia belakangan semakin besar.

Kalangan Kristen Injili dewasa ini merupakan pelobi yang sukses atas nama Israel ke berbagai parlemen di seluruh dunia. Saat ini ada 32 kaukus parlemen di mancanegara, berdasarkan keterangan Israel Allies Foundation. Lembaga ini pekan lalu mendatangkan belasan anggota parlemen dari 18 negara ke Yerusalem untuk bertemu dengan anggota parlemen Israel.

Salah satunya adalah Kenneth Meshoe, anggota DPR Afrika Selatan yang merupakan seorang Kristen Injili. Ia juga adalah Ketua Partai Demokrat Kristen Afrika. Menurutnya, ia telah membantu mencegah gerakan anti-Israel di parlemen Afrika Selatan, termasuk upaya untuk membuat label khusus bagi produk Israel yang dibuat di West Bank.

Ia dan istrinya hadir pada pertemuan dan mengatakan mereka berharap orang-orang Yahudi akan menerima Yesus ketika kiamat datang.

"Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Israel," tambahnya.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home