Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta Widiadi 08:49 WIB | Kamis, 30 Oktober 2014

Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie

Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie
Dua orang laki-laki yang kebetulan pengunjung pameran mengambil gambar lukisan Panji di ruang pameran, Auditorium PNRI, Jl. Salemba Raya No 28, Jakarta. (Foto-foto: Prasasta).
Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie
Empat perempuan yang kebetulan pustakawan PNRI (seragam abu-abu) berfoto selfie dengan latar belakang lukisan Kisah Panji milik budayawan Taufik Razhen.
Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie
Saat pameran dibuka pada Jumat (24/10) malam para pengunjung ramai memperebutkan buku-buku katalog Naskah Panji yang digratiskan oleh PNRI.
Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie
Salah satu koleksi Naskah Panji yang diperlihatkan di ruang Pameran PNRI, Naskah Panji Undakan Pangrus.
Ruang Pameran Panji Jadi Objek Selfie
Salah satu koleksi Naskah Panji yang diperlihatkan di ruang pameran PNRI. Naskah Panji Hiyakat Kelana Anakan Raden Galuh Daha.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pameran Naskah Panji yang digelar oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) banyak dihiasi pengunjung yang mengambil gambar objek lukisan Panji koleksi PNRI, maupun berfoto pribadi (selfie).

Seperti terlihat pada Rabu (29/10) di Auditorium Gedung PNRI, Jalan Salemba Raya, Jakarta. Dari daftar hadir pengunjung pameran, hingga pukul 13:00 pengunjung berjumlah 40 orang dan berasal kebanyakan dari perguruan tinggi di Jakarta.

Kebanyakan mereka datang bergerombol, atau ada yang datang sendiri, pameran ini sudah mulai berlangsung Jumat (24/10) lalu dengan menggelar 40 dari 80 naskah Panji yang menjadi koleksi PNRI.

Ada sekelompok mahasiswa dengan jaket almamater warna hijau yang mengambil gambar lukisan,sementara ada juga yang mengambil gambar bersama teman-temannya menunjukkan mereka ada di ruangan tersebut.

Tidak hanya itu tetapi beberapa pustakawan PNRI juga menjadi pengunjung pameran.

Saat pameran dibuka pada Jumat (24/10) malam pengunjung lebih dari 85 orang, dan mereka sibuk melihat satu persatu dokumen tersebut.

Pada ruang pameran terlihat satu lukisan panjang milik budayawan Taufik Razhen yang menceritakan kisah Panji secara lengkap, lukisan sepanjang 60 meter itu mengelilingi ruang pameran, kemudian di tengah-tengah ruang pameran terdapat 30 lukisan kisah Panji, yang dilengkapi dengan aksara bahasa daerah asalnya.

Selain itu PNRI memamerkan koleksi naskah Panji dalam yang tertulis di daun lontar dengan aksara daerah masing-masing.

Naskah Panji lain yang saat ini tersimpan di PNRI antara lain naskah Panji Jayakusuma, Panji Anggraeni, Panji Angronakung, Panji Jayalengkara, Panji Dewakusuma, Panji Dewakusuma kembar, Panji Murtaswara, Panji Kudawanengpati, Panji Suryawisesa, Panji Kuda Narawangsa. Naskah-naskah tersebut merupakan naskah panji yang tertulis dalam aksara Jawa.

Naskah Panji yang tertulis dalam aksara Bali atau Lombok antara lain Malat, Bagus Umbara, Cilinaya, Wasengsari, Panji Jayakusuma, Panji Undakan Pangrus.

Naskah Panji yang tertulis dalam aksara Melayu antara lain Syair Ken Tambuhan, Hikayat Cekel Wanengpati, Hikayat Panji kuda Semirang, Hikayat Mesa Urip Panji Jaya Lelana, Hikayat Jaran Kinanti Asmaradana, Hikayat Kelana Anakan, Hikayat Kelana Anakan Raden Galuh.

Satu hal yang kontras yakni adanya komputer yang memberi informasi tentang cerita naskah Panji dalam bentuk film animasi, dan tayangan video pementasan Panji Inu Kertapati (salah satu epos panji) di layanan video Youtube.

Pada saat peresmian Seminar Naskah Panji sebagai Warisan Budaya Dunia, Selasa (28/10), Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi PNRI Welmin Ariningsih mengemukakan bahwa seminar ini tidak hanya untuk memberi informasi tentang teks panji tetapi menampilkan sumber informasi budaya bagi banyak orang    

“Perpustakaan nasional berusaha mensosialisasikan sumber informasi berharga seperti teks-teks Panji ini, karena saat ini masih terlalu sedikit yang memahami dan memanfaatkannya,” kata Welmin.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home