Ruang-ruang Hati

SATUHARAPAN.COM – Tiba-tiba Bangga, anak saya yang masih berusia 5 tahun, keluar dari tempat tidurnya dan menatap foto dirinya bersama teman-teman TK-nya.

”Ada apa, Nak?” tanya saya. Ia diam saja. Ia baru seminggu pindah dari TK Kartini di Cilandak. Ada rasa kehilangan yang tak dipahaminya, suatu kerinduan untuk main bersama teman-teman lamanya. Miliknya telah menjadi ruang kosong dalam hatinya.

Pada saat yang sama, waktu itu, saya pun mengalami hal yang mirip. Rekan-rekan terbaik di kantor tiba-tiba direnggut dari kehidupan kerja saya. Dan saya tidak terlatih patah hati. Kekosongan itu menetap cukup lama dalam hati, suatu mimpi yang sulit terhapus.

Dalam film Up, Si Bapak Tua, Carl Fredricksen, kehilangan istri yang sangat dicintainya. Namun, ia memelihara semua kenangan indah bersama istrinya—dengan cara menjaga baik-baik detail suasana rumah dengan segala perabotannya. Ketika dipaksa pindah, ia membeli begitu banyak balon untuk mengangkat seluruh rumahnya. Ruang kosong dalam hatinya begitu besar merongga sehingga tak ada lagi ruang untuk orang lain.

Lalu, hadir Si Kecil Russel yang membawa dia pada berbagai petualangan yang mengacaukan semua kenangan indahnya. Di ujung cerita, Carl ternyata bisa menikmati ruang yang baru bersama Si Kecil Russel. Kisah ini mengingatkan saya bahwa masa depan juga menjanjikan masa-masa indah yang kelak patut dikenang.

Setahun telah berlalu, Bangga masih mengenang TK lamanya yang penuh mainan dan kebersamaan. Namun, anak saya tak lagi merasa kehilangan. Ia sudah asyik bermain dengan teman-teman barunya. Ia telah membuka ruang-ruang baru dalam hatinya. Kelak, ia akan memiliki ruang-ruang penuh kenangan indah di dalam hatinya.

Berbahagialah orang yang murah hatinya—yaitu ia yang membuka banyak ruang dan tidak memasang ”harga” mahal untuk yang mau singgah dalam hidupnya.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com