Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 17:11 WIB | Rabu, 04 Februari 2015

Saksi Genosida Kamboja: Menggali 1.200 Jenazah

Pembantaian oleh Khmer Merah terjadi di tengah upaya mewujudkan utopia mereka tentang masyarakat agraris Marxis.
Nuon Chea, mantan pemimpin Khmer Merah, Kamboja, dalam sidang pengadilan atas tuduhan pembunuhan massal selama berkuasa. (Foto dari cambodia.org)

KAMBOJA, SATUHARAPAN.COM –  Pengadilan Kamboja yang didukung PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) pada Senin mendengarkan kesaksian mantan tahanan mengatakan bahwa dia membantu menggali lebih dari 12.000 jenazah di kuburan massal di luar Phnom Penh. Mereka merupakan korban percobaan genosida dari dua pemimpin Khmer Merah.

Nuon Chea, 88 tahun, yang dikenal sebagai "Saudara Nomor Dua", dan mantan kepala negara Khieu Samphan, 83 tahun, menghadapi tuduhan pembunuhan etnis Vietnam dan minoritas Muslim, kawin paksa, dan pemerkosaan selama berkuasa pada kurun 1975-1979 di Kamboja.

Pada bulan Agustus kedua pemimpin Khmer Merah dijatuhi hukuman seumur hidup atas kejahatan terhadap kemanusiaan.  Mereka merupakan tokoh Khmer Merah pertama yang dipenjara, dan terkait kasus upaya selama dua tahun yang fokus dengan evakuasi paksa warga Kamboja dari Phnom Penh ke kamp kerja di pedesaan, mereka juga melakukan pembunuhan di kamp tersebut.

Kedua tokoh Khmer Merah ini dituduh memainkan peran penting selama era mengerikan yang dikenal sebagai "Killing Fields", upaya genosida yang membunuh hingga dua juta orang pada akhir 1970-an.

Kamp Kerja Paksa

Mantan tahanan Khmer Merah, Keo Chandara, 63 tahun, mengatakan bahwa dia membantu menggali lebih dari 12.100 jenazah dari delapan kuburan massal di Kraing Ta Chan, penjara di Provinsi Takeo, sekitar 80 kilometer selatan dari Phnom Penh, setelah rezim Khmer Merah  jatuh pada tahun 1979.

"Kami tidak menggali semua lubang. Saya diperintahkan menggali lubang... Saya menggali pada delapan lubang," katanya.

Saksi dari Jaksa penuntutan memberikan keterangan dengan grafis bahwa kader Khmer Merah menyiksa tahanan, termasuk seorang perempuan, dengan penjepit logam dan menyiramkan asam sulfat.

"Dia berteriak-teriak dan ada 10 tahanan lain yang diperintahkan untuk duduk dan menonton penyiksaan itu," kata Keo Chandara.

"Pada waktu itu mereka tidak mengambil orang dan menghadapkan dalam pengadilan seperti pengadilan ini. Mereka dengan begitu saja membunuh orang," tambahnya.

Pada lanjutan sidang pengadilan genosida bulan lalu, saksi pertama yang diajukan jaksa penuntut mengatakan kepada hakim bahwa tentara Khmer Merah menggorok leher ratusan narapidana di penjara dan memakan empedu mereka.

Kasus yang rumit terhadap Nuon Chea dan Khieu Samphan dipecah menjadi sejumlah tuntutan yang lebih khusus pada tahun 201, agar dengan cepat diambil vonis terhadap kedua terdakwa yang sudah berusia lanjut, dan kesehatan lemah. Namun kedua terdakwa menolak semua tuduhan.

Diperkirakan  antara 100.000 dan 500.000 warga etnis Cham,dan 20.000  etnisVietnam meninggal sebagai korban selama pemerintahan rezim Khmer Merah.

Rezim itu dipimpin oleh "Saudara Nomor Satu," Pol Pot, yang meninggal pada tahun 1998 tanpa pernah menghadapi pengadilan. Khmer Merah merombak masyarakat modern di Kamboja dalam upaya mereka untuk membangun masyarakat agraria Marxis yang mereka impikan. (AFP)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home