Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:07 WIB | Sabtu, 06 Juni 2020

Sampah Masker Makin Banyak di Pantai Hong Kong

Aktivis menunjukkan sampah masker yang ditemukan di Pantai Hong Kong. (Foto: OceanAsia)

HONG KONG, SATUHARAPAN.COM-Sampah dari masker bedah semakin banyak jumlahnya di pantai-pantai Hong Kong, sebuah kota yang memiliki penutup wajah yang sangat banyak untuk melawan virus corona. Dan para ahli konservasi mengatakan masker itu menambah limbah plastik yang sudah sangat tinggi di perairan sekitarnya.

"Masker plastik sekali pakai hanyalah satu lagi beban tambahan yang kami tinggalkan untuk generasi mendatang di pantai," kata Gary Stokes, salah satu pendiri OceansAsia. Tidak lama sebelum pandemi global melanda, LSM lingkungan yang berbasis di Hong Kong  itu meluncurkan penelitian selama setahun untuk mengamati sampah laut dan mikroplastik yang ditemukan di salah satu pulau yang lebih terpencil dan tidak berpenghuni di kota itu.

Lima item yang paling umum ditemukan adalah botol, kemasan polystyrene, korek api, alat makan sekali pakai dan sedotan. Sekarang sampah masker mengambang ke pantai dan garis pantai.

Selama kunjungan baru-baru ini, para konservasionis menghitung dan melepaskan 70 masker di hamparan 100 meter persegi pantai. Sepekan kemudian, 30 topeng lainnya telah hilang. "Sejak masyarakat mulai mengenakan masker, penyebab dan dampaknya sekarang terlihat di pantai," kata Stokes.

Sekitar 7,5 juta penduduk Hong Kong menghasilkan enam juta ton limbah setiap tahun, hanya sekitar 30 persennya yang didaur ulang. Bahkan sebelum virus corona muncul, penduduk sering memakai penutup muka dalam perjalanan harian, terutama selama musim flu di musim dingin. Dan kemunculan penyakit COVID-19 yang mematikan telah membuat pemakaian masker di mana-mana.

Meskipun kedekatannya dengan China daratan, asal mula wabah, Hong Kong telah berhasil mengalahkan virus dengan lebih dari 1.000 infeksi dan empat kematian.

Sekarang makin banyak perusahaan menawarkan masker yang dapat digunakan kembali, dan pemerintah juga telah meluncurkan inisiatif untuk mengirim semua warga masker kain yang dapat dicuci. Tapi masker sekali pakai tetap menjadi pilihan paling populer.

"Apa yang akan saya tunggu adalah ketika kita akan mendapatkan lumba-lumba mati atau lumba-lumba terhanyut dengan masker di perut mereka," kata Stokes. "Jelas ini adalah hal lain yang masuk ke lingkungan laut dan bisa dikira makanan.” (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home