Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 12:48 WIB | Minggu, 21 Desember 2014

Sastrawan Sitor Situmorang Tutup Usia

Sastrawan angkatan 45 Sitor Situmorang tutup usia. (Foto: idwriters)

ALPEDOOM, SATUHARAPAN.COM – Penyair ternama Sitor Situmorang yang terkenal dengan sajak  satu larik berjudul Malam Lebaran tutup usia Minggu (12/12).

Ia meninggal di usia 91 tahun, di kota Alpedoom, Belanda. Sitor memang beristrikan orang Belanda. Sebelumnya, pada usia 90 tahun ia masih produktif. Ia juga digadang-gadang sebagai sastrawan angkatan 45 terakhir yang masih bertahan sebelum akhirnya menyusul para pendahulunya.

Belum diketahui penyebab pasti meninggalnya sastrawan asal tanah Batak ini. Namun, menurut pengakuan keluarga Sitor meninggal karena memang usianya sudah tua.

Sementara itu, belum pasti juga apakah jenazah akan dikebumikan di Belanda atau dipulangkan ke Indonesia. Namun, dalam sajaknya yang berjudul Tatahan Pesan Bunda, Sito seperti memberi isyarat bahwa bila ia meninggal, ia ingin jasadnya dikremasi dan dilarung di Danau Toba.

Inilah sepenggal sajak Sitor tersebut.

“Bila nanti ajalku tiba, kubur abuku di tanah Toba, di tanah danau perkasa, terbujur di samping Bunda.”

Mengenang Sitor Situmorang

Sitor Situmorang lahir di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada 2 Oktober 1923. Ia adalah adalah wartawan, sastrawan, dan penyair Indonesia. Ayahnya, Ompu Babiat Situmorang pernah berjuang melawan tentara kolonial Belanda bersama Sisingamangaraja XII.

Sitor memulai karirnya sebagai wartawan Harian Suara Nasional (Tarutung, 1945-1946) dan Harian Waspada (Medan, 1947). Selanjutnya, ia menjadi koresponden di Yogyakarta (1947-1948), Berita Indonesia, dan Warta Dunia (Jakarta, 1957). Ia pernah menjadi pegawai Jawatan Kebudayaan Departemen P & K, dosen Akademi Teater Nasional Indonesia (Jakarta), anggota Dewan Nasional (1958), anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS mewakili kalangan seniman, anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan (1961-1962), dan Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (1959-1965). Pada masa pemerintahan Orde Baru, Sitor dipenjara sebagai tahanan politik di Jakarta pada 1967-1974. Kumpulan cerpennya Pertempuran dan Salju di Paris (1956) mendapat Hadiah Sastra Nasional (1955) dan kumpulan sajak Peta Perjalanan memperoleh Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home