Loading...
INDONESIA
Penulis: Bayu Probo 08:24 WIB | Kamis, 05 Maret 2015

Sebut Gereja Halangi Investasi, Setya Novanto Dituntut Minta Maaf

Bocah membawa palu untuk memecah batu di lokasi penambangan pasir milik warga dilihat dari ketinggian di Desa Naru, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/1). Terdapat dua lokasi bahan galian pasir batu di kabupaten tersebut yaitu lokasi tambang pasir, yaitu Naru dan Aimere. (Foto: Antara/Rosa Panggabean)

SATUHARAPAN.COM – Koalisi Masyarakat Sipil untuk Tolak Tambang di NTT menuntut Setya Novanto minta maaf karena ucapannya di acara ulang tahun sinode Gereja Protestan di Indonesia bahwa gereja menghambat investasi.

Koalisi terdiri dari JPIC-OFM Indonesia, JPIC-OFM Timor, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT, Angkatan Muda Anti Korupsi (AMAK) NTT, Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda NTT),  Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Ruteng, Forum Pemberantasan Anti Mafia Pendidikan NTT (Forsaming NTT), Save NTT, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI), Komite Masyarakat Ngada Jakarta (Komas Ngada Jakarta)

Dalam change.org yang disampaikan Rabu (4/3) mereka menyatakan: Sudah 4 periode Setya Novanto menduduki kursi di Senayan, karena dipilih oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di daerah pemilihan NTT II (Sumba, Timor, Rote dan Sabu).

Namun, petinggi Golkar ini, baru saja melukai Gereja dan masyarakat NTT, setelah dirinya menyebut Gereja di NTT menjadi penghambat pembangunan, karena mengadang masuknya investor tambang.

“Daerah ini kaya mangan, marmer, emas dan pasir besi. Namun, saat investor hendak mengelola potensi sumber daya alam selalu ada penolakan dari LSM yang berlindung di bawah Gereja”, begitu pernyataannya di Kupang, Kamis (26/2).

Ia melanjutkan, “Karena itu, Gereja sebagai elemen penting dalam pembangunan di NTT, harus memberi pencerahan kepada masyarakat termasuk LSM, agar menerima investor yang memiliki niat baik membangun daerah ini.”

Novanto pasti tahu, Gereja di NTT sudah bekerja lebih dahulu membangun masyarakat, sebelum pemerintah masuk dan mulai melakukan pembenahan sana-sini.

Gereja, bagi orang NTT, adalah juga penopang nilai, yang mengedepankan penghargaan atas upaya mencapai kesejahteraan bersama.

Karena itulah kiranya, mengapa Gereja di NTT menolak tambang. Mereka melihat, membangun NTT tidak bisa dengan mengobrak-abrik bumi, karena wilayah NTT yang terdiri dari pulau-pulau kecil, sehingga rentan bencana. Tambang juga kontradiktif dengan pekerjaan mayoritas masyarakat yang bertani dan beternak. Fakta yang ditemukan di lokasi-lokasi tambang selama ini, juga memperlihatkan upaya peminggiran masyarakat kecil dan konflik sosial dengan mudahnya meletup.

Kami heran, bagaimana bisa, politikus sekelas Novanto dengan jabatan terhormat sekarang—yang sebenarnya tidak layak ia pegang—sebagai Ketua DPR RI tidak bisa memahami alasan demikian. Apakah Novanto tidak pernah dengar argumen itu atau memang tak mampu berpikir sejauh dan semendalam itu.

Kami, tentu saja tak melarang Novanto mengkritik Gereja bila memang Gereja salah arah. Tapi, untuk soal tambang, maaf, kami lebih percaya pada Gereja, daripada Anda, Novanto.

Apalagi, kami tahu, Anda termasuk pemain tambang di NTT. Bukankah PT Laki Tangguh, perusahaan tambang pasir besi di Riung, Ngada yang masuk tahun 2013 itu milik Anda?

Yang jelas, kami sulit percaya bahwa tambang yang Anda idam-idamkan itu akan mendatangkan kesejahteraan.

Coba pahami baik-baik data berikut: pendapatan asli daerah (PAD) NTT dari sektor pertambangan hanya 0,012 persen, sedangkan sektor pertanian dan peternakan hampir 50 persen.

Novanto seharusnya berpikir lebih bijak, dan tahu diri, bukan mengumbar pernyataan sembarang, seolah-olah Anda tak punya cara lain berkontribusi untuk warga NTT yang telah memilih Anda. Anda seharusnya melihat dengan jeli dan mendengar aspirasi masyarakat NTT, daripada Anda memaksakan gagasan Anda - yang kami baca juga disetir oleh upaya mewujudkan kepentingan pribadi Anda. Bukankah begitu model wakil rakyat yang baik?

Karena itu, Novanto, Anda harus meminta maaf pada masyarakat NTT, bila Anda masih ingin kami anggap sebagai benar-benar wakil rakyat yang punya martabat, bukan justru perusak NTT, yang tidak menawarkan NTT masa depan yang lebih baik, tetapi justru malapetaka.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home