Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 11:32 WIB | Senin, 01 Januari 2018

Sekjen PBB Ingatkan Bahaya Baru di 2018

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres (Foto: Ist)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia akan menghadapi banyak bahaya baru yang rumit pada tahun 2018.

Dalam pesan akhir tahun, hari Minggu (31/12), Guterres menyerukan persatuan lebih kuat untuk menghadapi ancaman-ancaman itu dan menciptakan dunia yang lebih damai.

Ketika Sekjen PBB Antonio Guterres mulai memangku jabatan setahun yang lalu, dunia berada dalam era penuh harapan. Perundingan untuk mengakhiri perpecahan Pulau Siprus tampaknya bergerak menuju penyelesaian.

Guterres ikut terlibat dan bekerja tanpa kenal lelah untuk mencapai tujuan itu. Sayangnya, warga Siprus keturunan Yunani dan keturunan Turki tidak dapat melupakan perbedaan mereka dan tidak mau hidup bersama sebagai satu bangsa.

Guterres mengakui bahwa harapannya untuk tahun 2017 yang damai tidak terwujud. Sangat disesalkan, katanya, dalam banyak hal yang terjadi justru sebaliknya. Merenungkan kemuraman ini pada malam tahun baru, Guterres mengatakan ia mengeluarkan yang disebutnya peringatan siaga merah untuk dunia.

"Konflik-konflik telah menjadi semakin dalam dan bahaya-bahaya baru telah muncul. Kecemasan global mengenai senjata nuklir berada pada titik tertinggi sejak Perang Dingin, dan perubahan iklim berlangsung lebih cepat daripada tindakan kita untuk mencegahnya. Ketidaksetaraan meningkat dan terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM yang sangat parah. Nasionalisme dan xenophobia meningkat, dan memasuki tahun baru 2018, saya menyerukan persatuan," ujarnya.

Selama setahun yang baru lalu, Guterres menghadapi berbagai peristiwa yang merupakan bencana besar yang harus diselesaikannya.

Ini mencakup Yaman, krisis kemanusiaan paling parah di dunia dengan sekitar delapan juta orang berada di ambang bencana kelaparan, dan satu juta lagi menderita penyakit kolera.

Persekusi dan kekerasan di Myanmar yang telah membuat lebih dari 650.000 warga minoritas Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

Suriah, mendekati tahun ketujuh perang saudara, yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat lebih dari 11 juta orang harus mengungsi.

Konflik di Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Irak, dan banyak tempat lain yang terus menelan korban jiwa dan harta dalam jumlah besar.

Sebagai diplomat tertinggi di dunia, Guterres harus mempertahankan rasa optimisme bahwa situasi dapat membaik. Ia mengatakan dunia dapat dibuat menjadi lebih aman; konflik dan kebencian dapat diatasi. Namun, tambahnya, itu hanya akan terjadi jika para pemimpin dunia bersatu untuk menjembatani perbedaan dan mempersatukan semua orang untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. (VOA)

 

 

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home