Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:10 WIB | Selasa, 17 September 2019

Semua Pesawat Terbang untuk Hujan Buatan Disiagakan di Pekanbaru

Ilustrasi. Helikopter sedang melakukan water bombing. (Foto: Dok. satuharapan.com/Antaranews)

PEKANBARU, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di Provinsi Riau, meskipun tidak mudah.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, saat ini semua pesawat terbang yang digunakan untuk menciptakan hujan buatan  disiagakan di Pekanbaru.

“Ada dua Cassa dari pesawat TNI AU, CN-235, satu Hercules itu di-pool di sini yang disiagakan, dimuati garam. Setiap saat ada laporan (tentang terbentuknya) awan, terbang, bikin hujan buatan,” kata Wiranto, dalam keterangan pers seusai mengikuti Rapat Terbatas tentang Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan, di Hotel Novotel, Pekanbaru, Riau, Senin (16/9) malam.

Kalau hujan buatan tidak mungkin dibuat karena tidak ada awan, maka menurut Menko Polhukam, dilakukan water bombing oleh pasukan darat jika letak kebakaran berdekatan dengan desa, dengan pemukiman, atau perkotaan, "Pasukan darat bisa menjangkau, karena ada jalur-jalur transportasinya. Tapi kalau itu tidak ada (jalur transportasi, Red), satu-satunya jalan harus dijangkau helikopter. Water bombing."

Menurut Menko Polhukam, untuk memadamkan karhutla di Provinsi Riau hingga saat ini sudah dilakukan 71.000 sorti penerbangan. Artinya, kata Menko Polhukam, air yang ditumpahkan sudah sekitar dua ratus sekian juta liter, berarti dua ratus sekian ton air. Kalau sudah dilakukan masih terbakar juga, menurut Wiranto, akan kembali dilakukan operasi-operasi dengan cara menambah pasukan.

“Yang sekarang sudah dilakukan pasukan-pasukan dari TNI, dari kepolisian, kemudian menambah pasukan darat, menambah Manggala Agni,” katanya.

Menko Polhukam menjelaskan, kebakaran itu bisa padam kalau ada hujan. Kalau tidak ada hujan, lanjut Menko Polhukam, berarti harus membuat hujan buatan. Untuk membuat hujan buatan, diperlukan pesawat terbang, garam, dan awan. “Maka persyaratannya harus ada awan, yang kira-kira tujuh puluh persen kandungan airnya, baru pesawat diterbangkan dengan menaburkan garam. Di wilayah Kalbar, Kalteng, awan masih belum ada. Di Riau mulai ada,” Menko Polhukam menjelaskan mengapa semua pesawat terbang yang digunakan untuk menciptakan hujan buatan itu disiagakan di Pekanbaru.

Musim Kemarau Panjang

Tanpa bermaksud mencari pembenaran, Wiranto mengatakan, saat ini ada satu kondisi alam, El Nino, dalam keadaan lemah, sehingga memperpanjang musim kemarau.

Dulu, tambah Wiranto, pada saat yang sama tahun yang berbeda, pada bulan seperti sekarang ini sudah jatuh musim hujan. “Sekarang keringnya luar biasa. Tentu itu merupakan suatu kondisi yang mudah sekali terbakar. Tetapi dari hasil penelitian kita, kebakaran akibat alami itu kecil tetapi akibat ulah manusia itu persentasenya lebih besar ketimbang yang alami,” kata Wiranto.

Ia menyebutkan, langkah-langkah penegakan hukum sudah dilakukan juga pada tahun 2015 yang diobservasi di lebih dari 370-an perusahaan pada saat itu, kemudian diproses. Lalu di 2019 ini, untuk Riau sudah ada 103 rasanya yang diikuti dan diobservasi oleh Polda dan oleh Kehutanan, LHK. Sudah disegel 49 unit entitas perusahaan.

“Hari ini tadi kami mendapatkan lagi pembakar lahan di Tesso Nilo, tiga orang. Atas dukungan TNI dalam operasi bersama tadi, itu berhasil (ditangkap). Sekarang sedang diproses di Kantor Gakkum di Pekanbaru ini. Jadi 49 yang sudah disegel sampai sekarang,” kata Wiranto. (setkab.go.id)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home