Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 06:58 WIB | Selasa, 10 Desember 2013

Sentana Art: Merombak Alat Musik Tradisi Jadi Kelas Dunia

Pameran Organologi dalam Pekan Komponis Indonesia. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Rebab yang biasa menggunakan membran kulit memiliki kekurangan. Di negeri-negeri Eropa saat musim dingin, rebab tidak dapat menghasilkan bunyi maksimal atau mlempem. Ini merupakan kelemahan alat-alat musik tradisi yang enak dimainkan di tingkat lokal tetapi memiliki kelamahan ketika harus dimainkan di benua dengan iklim berbeda. Membran kulit pada rebab itu dirombak Dwi Nugroho, membrannya diganti dengan kayu. Ini merupakan salah satu keahlian Dwi Nugroho yang akrab dipanggil Idud.

Idud biasanya melakukan penelitian untuk inovasi alat musik tradisi. Penelitiannya memakan waktu tiga hingga empat bulan. Sementara proses realisasi sebuah alat musik tradisi butuh waktu tiga minggu sampai satu bulan.

Alat musik tradisi selama ini nampak tidak sekelas bila dibandingkan dengan gitar Fender atau gitar Gibson tetapi Idud menggarapnya sehingga mencapai bentuk, tampilan, dan suara maksimal. Alat musiknya pun dapat menarik perhatian.

Keterampilan tangan para pembuat alat musik pendahulunya menyatu dengan keahliannya sebagai sarjana lulusan kriya seni Intistut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Dengan nama Sentana Art, Idud mendesain dan menciptakan alat musik yang indah dalam tampilan, bentuk, dan suara.

Buku-buku organologi dan akustika menantangnya untuk bereksperimen membuat alat-alat musik inovatif. Salah satu karyanya yang lain adalah Goud. Goud merupakan percampuran unsur-unsur gitar folk dengan Oud, alat petik Timur Tengah. Aspek ergonomi untuk memaksimalkan presisi kualitas sound alat musik dan keahliannya di bidang seni rupa di sisi lain mempercantik keindahan visual alat-alat musiknya.

Alat musik Sentana Art menggunakan bahan kayu asli (solidwood) bukan tripleks (tecawood) sehingga alat musik buatannya menghasilkan kualitas suara yang baik.

Alat-alat musik buatan Sentana Art telah banyak mensupport karya lokal maupun internasional.  Wong Aksan menggunakannya untuk film 'Laskar Pelangi', Sawung Jabo, Djaduk Ferianto dan Sinten Remen, film 'Opera Jawa' karya Garin Nugroho, sejumlah karya komposer Peni Candra Rini, Leslei Grey dari 'Pupetter' Amerika, Jen Sayu dari 'Moon Guitar' Amerika, dan sebagainya.

Alat-alat musik Sentana Art estetis dan sedap dipandang maka tidak heran kalau menjadi koleksi di kantor-kantor kedutaan Indonesia di luar negeri.

Alat-alat musik buatan Sentana Art dari Surakarta ini dipamerkan dalam pameran Organologi  V dalam Pekan Komponis Indonesia (PKIna) yang berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta pada Senin (2/12) hingga Kamis (5/12).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home