Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 12:54 WIB | Rabu, 07 Oktober 2015

Serangan Udara ke Rumah Sakit MSF, Militer AS Akui Salah

Seorang bocah Afganistan, yang menjadi korban terluka serangan udara Amerika Serikat terhadap rumah sakit milik badan bantuan Doctors Without Borders (MSF) di daerah Kunduz, menerima perawatan di rumah sakit milik organisasi bantuan asal Italia di Kabul pada 6 Oktober 2015. Pasukan Afganistan meminta bantuan Amerika Serikat untuk melancarkan serangan terhadap rumah sakit Kunduz yang menewaskan 22 orang, menurut pernyataan komandan senior militer AS di Afghanistan pada 5 Oktober, setelah badan bantuan MSF mengecam insiden tersebut sebagai kejahatan perang. (Foto: AFP/Wakil Kohsar)

WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Serangan udara mematikan yang melanda rumah sakit di Kunduz adalah kesalahan, komandan Amerika pasukan internasional di Afganistan mengatakan.

Jenderal Angkatan Darat AS John Campbell mengatakan dalam kesaksian pada hari Selasa (6/10) kepada Komite Senat Angkatan Bersenjata bahwa keputusan untuk melaksanakan penyerangan itu dibuat dalam rantai komando AS.

“Agar jelas, keputusan untuk melakukan serangan udara adalah keputusan AS dan dibuat dalam rantai komando AS,” kata Jenderal Campbell dalam kesaksian pada hari Selasa kepada Komite Senat.

“Sebuah rumah sakit keliru diserang. Kami tidak pernah sengaja menargetkan fasilitas medis yang dilindungi.”

Sementara itu, pertempuran meletus di kota dilanda konflik di Kunduz setelah Taliban menyerang sebuah markas polisi semalam dan pejabat memperingatkan bahwa makanan dan bantuan darurat lainnya tidak bisa sampai ke kota.

Bentrokan dan peringatan darurat pada Selasa menggarisbawahi otoritas masih lemah dalam menguasai Kunduz, sebuah kota strategis yang sempat jatuh ke Taliban pekan lalu. Itu adalah pukulan memalukan untuk Presiden Ashraf Ghani.

Reporter Al Jazeera, Qaiz Azimy, melaporkan dari Kunduz, tembakan artileri dan terus didengar hampir setiap detik di kota.

“Pertempuran terus berlangsung. Pasukan keamanan Afganistan terus berjuang untuk mendapatkan kontrol atas kota itu. Mereka memerangi Taliban di hampir setiap sudut Kunduz.”

“Saya berbicara dengan seorang pejabat keamanan Afganistan di sini di Kunduz dan dia mengatakan kepada kami bahwa alasan mereka akan sangat lambat karena mereka menghadapi kurangnya kepemimpinan dan koordinasi. Juga bahwa Taliban bersembunyi di daerah permukiman dan sulit untuk mengusir mereka karena pasukan Afganistan berusaha menghindari korban sipil,” kata Azimy.

Pemerintah Afganistan juga telah dikritik karena mengabaikan peringatan sebelumnya dari ancaman Taliban atas Kunduz.

Pertempuran telah berkecamuk di sekitar Kunduz selama sembilan hari terakhir saat pasukan pemerintah, yang didukung oleh serangan udara AS, telah berusaha mengusir pejuang Taliban.

Taliban berhasil menguasai Kunduz selama tiga hari pekan lalu, sampai pasukan pemerintah melancarkan serangan balik pada Kamis. Penguasaan singkat itu adalah salah satu kemenangan terbesar Taliban.

Selasa dini hari lalu, beberapa pejuang Taliban berusaha masuk kembali pusat kota dan menyerang markas polisi Kunduz dan gedung-gedung pemerintah lainnya, kata Sarwar Hussaini, juru bicara kepala polisi provinsi.

Pada Selasa pagi, beberapa pria bersenjata mulai mendekati alun-alun kota utama. “Pertempuran juga terjadi dengan Taliban dekat Bank Ghazanfar, dekat alun-alun,” kata Hussaini.

Warga Kunduz melaporkan serangan gerilya Taliban dari daerah pedesaan melakukan serangan ke pusat kota membuat militer Afganistan mundur lagi.

Aslim Sayas, wakil kepala manajemen bencana Afganistan, mengatakan masih terlalu berbahaya untuk mengirim truk logistik ke Kunduz. Sebaliknya, ia mengatakan pihak berwenang membantu penduduk yang telah melarikan diri dari Kunduz.

“Saat ini kami menyediakan makanan dan barang non-makanan untuk pengungsi dan orang telantar di Takhar, Badakhshan, dan Balkh,” katanya, mengacu pada provinsi-provinsi utara ke timur dan barat dari Kunduz.

Selain itu, pengeboman hari Sabtu terhadap rumah sakit di Kunduz milik Doctors Without Borders (Médecins Sans Frontières/MSF)—setidaknya 22 orang tewas—telah menimbulkan pertanyaan yang lebih luas atas kekacauan di Afganistan yang menyebabkan amal medis terkemuka itu menjadi korban serangan udara AS .

Obat-obatan belum dikirim ke rumah sakit setelah serangan udara. Sebab, pusat trauma rumah sakit MSF menutup fasilitas medis penting di kota yang dilanda perang itu.

Departemen Kesehatan Masyarakat Afganistan mengeluarkan pernyataan yang menyerukan investigasi “menyeluruh, berimbang oleh tim penyelidikan independen” terkait pengeboman Sabtu di rumah sakit MSF tersebut.

Keadaan tetap tidak jelas, dan pemerintah Afganistan dan militer AS telah meluncurkan penyelidikan atas insiden tersebut.

Kementerian itu mengatakan serangan itu telah membahayakan “karya penting bidang kesehatan, pekerjaan medis dan bedah dan tenaga kesehatan internasional dan lokal” di Afganistan.

“Staf tidak lagi merasa aman di setiap fasilitas kesehatan di mana saja di negara ini. Dan beberapa organisasi kesehatan internasional mempertanyakan risiko tinggal di negara yang terlalu tinggi setelah serangan itu,” katanya. (Aljazeera)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home