Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 14:12 WIB | Selasa, 29 September 2015

Sering Bentrok, Migran Kristen dan Muslim Jerman Diusulkan Dipisah

Seorang polisi berjaga di luar tempat penampungan migran di Calden, dekat Kassel, tempat terjadinya bentrok antara ratusan migran. Sedikitnya sembilan terluka dalam peristiwa tersebut (Foto: AFP/Getty Images)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Pengungsi Kristen dan Muslim harus ditempatkan secara terpisah di Jerman untuk meminimalkan ketegangan, menyusul meningginya tingkat kekerasan di tempat-tempat penampungan pencari suaka, kata seorang kepala kepolisian Jerman.

Wakil Kepala Serikat Kepolisian, Jörg Radek, mengatakan migran yang ada di Jerman harus dibagi, seiring dengan peningkatan jumlah serangan terhadap umat Kristen di pusat-pusat pengungsian.

"Saya pikir pemisahan pemukiman  menurut agama masuk akal," kata Jörg Radek kepada surat kabar Jerman, Die Welt, khususnya antara umat Islam dan Kristen.

Dua bentrokan terpisah meletus antara pengungsi pada hari Minggu (27/9)  di tempat penampungan migran sementara, di Kassel-Calden, di utara Jerman. Bentrokan itu menyebabkan 14 orang luka-luka, kata polisi.

Kekerasan pertama di sore hari dipicu oleh sengketa di kantin saat makan siang antara dua kelompok yang melibatkan sekitar 60 pengungsi. Selanjutnya, bentrokan kedua terjadi malam hari yang melibatkan sekelompok 70 migran terhadap yang lain yang berjumlah 300.

Beberapa hari sebelumnya, pada Kamis (23/9) malam, perkelahian meletus melibatkan 200 pengungsi Suriah dan Afghanistan di sebuah penampungan di Leipzig. Para migran berkelahi bersenjatakan kaki-kaki meja.

Polisi Jerman berada di bawah tekanan besar selama krisis pengungsi terjadi karena mereka diwajibkan untuk mendaftar pendatang baru, menyelesaikan konflik di rumah migran dan melindungi para pencari suaka dari unjuk rasa ekstremis kanan.

"Polisi telah mencapai titik batas," kata Radek. "Para pejabat kami semakin sering dipanggil untuk konfrontasi di rumah pengungsi. Ketika ada 4.000 orang di rumah yang hanya memiliki tempat untuk benar-benar 750, kurungan ini kemudian menyebabkan agresi, hal kecil seperti koridor hingga toilet dapat menyebabkan kekerasan. "

Komentar Radek muncul menyusul seruan dari anggota parlemen Jerman dari seluruh spektrum politik untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi orang Kristen, Yazidi dan agama minoritas lainnya.

Thuringia saat ini merupakan satu-satunya negara bagian Jerman untuk memisahkan pengungsi sesuai dengan negara asal mereka, menyusul keputusan dari pemerintah setempat setelah  pecahnya kekerasan di temat penampungan di kota Suhl pada bulan Agustus.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home