Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:56 WIB | Sabtu, 01 Agustus 2020

Setelah 99 Hari Tanpa Kasus COVID-19, Vietnam Hadapi Gelombang Kedua

Petugas kesehatan yang mengenakan pakaian pelindung terlihat di gerbang rumah sakit terbesar Vietnam, Bach Mai, di mana kasus-kasus virus corona telah terdeteksi di Hanoi, Vietnam, pada Maret lalu. (Foto: dok. Reuters)

HANOI, SATUHARAPAN.COM-Vietnam mencatat selama 99 hari tanpa kasus baru virus corona, dan tampaknya negara ini telah mengalahkan pandemi. Tidak ada satu pun kasus penularan di komunitas yang dilaporkan. Tidak ada satupun kasus kematian.

Sejumlah kasus baru yang diketahui langsung diisolasi di perbatasan, dan orang-orang kembali ke kehidupan normal mereka. Negara dengan penduduk  96 juta orang ini dipuji secara global sebagai keberhasilan yang menonjol melawan pandemi.

Tetapi sepekan yang lalu, sebuah wabah dimulai yang kini telah berkembang menjadi 43 kasus di enam bagian negara itu, termasuk tiga kota terbesar. Ini memaksa pihak berwenang untuk memberlakukan kembali pembatasan yang oleh banyak orang dikira sudah menjadi masa lalut. Dan para ahli khawatir wabah itu bisa jauh lebih besar dari yang diketahui saat ini.

Wabah itu dimulai hari Kamis pekan lalu di kota pantai Da Nang yang indah, tempat ribuan turis berlibur di musim panas di pantai-pantai emas. Seorang pria berusia 57 tahun dirawat di rumah sakit karena demam dan dinyatakan positif COVID-19. Kondisinya segera memburuk dan dia memerlukan ventilator.

Otoritas kesehatan beraksi. Tapi kasus pria itu membingungkan. Dia tidak meninggalkan kampung halamannya selama lebih dari sebulan, dan tes pada keluarganya dan 100 orang lain yang kemungkinan kontak, semuanya kembali negatif.

Kemudian petugas kesehatan menemukan tiga infeksi lain di Da Nang selama akhir pekan. Dan kemudian pada hari Senin, 11 kasus lainnya. Semua itu adalah pasien lain atau petugas kesehatan di Rumah Sakit Da Nang, di mana lelaki itu tetap dalam kondisi kritis.

Pada hari Senin, pihak berwenang mendorong 80.000 wisatawan untuk meninggalkan kota dengan menyediakan penerbangan ekstra. Hotel-hotel kosong dan ribuan orang membatalkan rencana mereka untuk berkunjung.

Kemudian pada hari Selasa, kota itu dikunci. Pantai-pantai yang penuh sesak ditutup, hanya dijelajahi oleh petugas keamanan yang berpatroli. Tetapi urutan kejadian membuat beberapa orang menggaruk-garuk kepala. Mungkinkah wisatawan yang melarikan diri memiliki potensi untuk menyebarkan virus lebih lanjut?

Memang pada hari Kamis, pihak berwenang telah menemukan 43 kasus, termasuk dua orang di ibu kota, Hanoi. Semua kasus tampaknya menghubungkan ke kasus di Da Nang dan wisatawan yang kembali.

Kasus-kasus itu termasuk seorang Amerika yang telah menjadi pasien pekan lalu di Rumah Sakit Da Nang sebelum pindah ke rumah sakit lain di Kota Ho Chi Minh di selatan. Temannya juga dinyatakan positif terinfeksi.

Tanggapan Cepat

Perjuangan Vietnam untuk menahan virus dan keberhasilan awalnya menjadi cermin di seluruh dunia. Australia menghadapi hal yang mirip ketika wabah meledak di kota Melbourne bulan ini. Pada hari Kamis, pihak berwenang melaporkan lebih dari 700 kasus baru di dan sekitar Melbourne, sebuah rekor. Tempat lain, Hong Kong dan Spanyol sedang berjuang melawan wabah baru setelah tampaknya mereka berhasil mengendalikan virus.

Tindakan cepat Vietnam dalam menghadapi wabah terakhirnya mencerminkan kecepatan reaksi pemerintah terhadap ancaman virus awal, yang menurut para ahli membantu menghentikan penyebarannya.

Pada pertengahan Februari, misalnya, Vietnam menempatkan 10.000 penduduk di kota Son Loi, dekat Hanoi, di bawah penguncian tiga pekan, meskipun hanya ada 16 kasus yang dikonfirmasi di seluruh negara pada waktu itu.

Pemerintah juga menggunakan teks dan media sosial untuk menyampaikan instruksi singkat kepada warganya. Bahkan menambahkan pesan singkat ke setiap panggilan telepon. Pada 22 Maret, Vietnam pada dasarnya menutup diri dari dunia luar, menghentikan sebagian besar penerbangan internasional dan menutup 1.440 kilometer perbatasan darat China.

Setiap kali pihak berwenang melihat bahkan satu kasus penularan di komunitas, mereka mengatasinya dengan pelacakan kontak, penguncian dan pengujian luas. Negara ini juga memanfaatkan pengalaman masa lalu mengalahkan wabah SARS pada tahun 2003.

Tapi Choisy, ahli bio-matematikawan, khawatir pihak berwenang telah menangkap gelombang virsu corona ini jauh lebih lambat dalam siklusnya daripada gelombang pertama.

"Ketika Anda belum pernah mendengar tentang kasus virus baru untuk sementara waktu, Anda mulai melupakan dengan sangat cepat dan Anda kembali ke kehidupan normal," kata Choisy. "Kamu terbiasa dengan itu." (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home