Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 13:48 WIB | Rabu, 17 Desember 2014

Shahrukh Khan, Siswa Selamat dari Serangan Taliban Pakistan

Shahrukh Khan, 16 tahun, salah satu siswa yang selamat dari serangan Taliban di Pakistan, hari Selasa (16/12) yang membunuh 141 orang, sebagian besar anak-anak. Dia tertembak di kedua kakinya dan menceritakan kebrutalan Taliban. (Foto dari Daily Jang Urdu News.)

PESHAWAR, SATUHARAPAN.COM -  Sebuah remaja yang selamat dari serangan Taliban di Peshawar, Pakistan hari Selasa (16/12)  menceritakan bagaimana dia berjuang dari kematian setelah ditembak pada kedua kakinya oleh kelompok pemberontak yang disebutnya sebagai ‘’pemburu untuk membunuh anak sekolah.’’

Para milisi (Taliban) masuk dan mengamuk di sekolah yang dikelola oleh militer di satu kota kota barat laut ibu kota Provinsi Khyber Pakhtunkhw, Peshawar. Mereka membunuh 141 orang,  sebagian besar anak-anak. Ini adalah satu dari 78 serangan Taliban terhadap sekolah di Pakistan dalam tahun ini, dan salah satu paling berdarah yang pernah terjadi.

Kasus ini terjadi hanya sepekan setelah korban selamat serangan Taliban di Lembah Swat, Pakistan, Malala Yousafzai, menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Dia selama setelah menjalani operasi akibat luka tembak di bagian kepala oleh Taliban ketika berada dalam bus sekolah.

Malala kemudian berjuang untuk hak pendidikan bagi anak-anak, khususnya perempuan dan membawanya menerima penghargaan bergengsi itu. Namun apa yang terjadi tidak pernah menyurutkan kebiadaban Taliban untuk menyerang sekolah-sekolah di sana.

Bagaimana milisi Taliban menyerang sekolah itu salah satu siswa yang selama di sekolah itu, Shahrukh Khan, 16 tahun menceritakannya. Dia berbicara dari tempat tidurnya di bangsal trauma Rumah Sakit Lady Reading di kota itu, seperti dikutip kantor berita AFP.

Memburu Siswa di Bawah Bangku

Shahrukh Khan mengatakan, dia dan teman-teman sekelasnya ketika itu berada di auditorium untuk pelajaran bimbingan karir. Empat pria bersenjata yang mengenakan seragam militer masuk dan menyerbu ruangan itu.

"Seseorang berteriak agar kami turun dan bersembunyi di bawah meja," katanya. Dia menambahkan bahwa orang-orang bersenjata  itu berteriak-teriak  "Allahu Akbar" dan kemudian melepaskan tembakan.

"Kemudian salah satu dari mereka berteriak, "Ada banyak anak-anak di bawah meja, pergi dan dapatkan mereka," kata Khan menirukan teriakan milisi itu.

"Saya melihat sepasang sepatu bot hitam besar datang ke arah saya. Orang ini mungkin memburu siswa yang bersembunyi di bawah bangku," katanya.

Khan mengatakan bahwa dia merasakan sakit yang membakar kakinya, karena dia tertembak pada kedua kakinya, tepat di bawah lutut.

Dia memutuskan untuk berjuang melawan kematian. Dia mengatakan ,"Saya melipat dasi dan memasukkannya ke dalam mulut saya, sehingga saya tidak akan berteriak.’’

"Orang dengan sepatu besar terus mencari siswa dan menghamburkan tembakan peluru ke tubuh mereka. Saya berbaring diam dan berusaha keras menutup mata, menunggu  mungkin akan ditembak lagi,’’ kata dia menambahkan.

"Tubuh saya menggigil, saya melihat kematian begitu dekat, dan saya tidak akan pernah melupakan sepatu bot hitam mendekati saya. Saya merasa ketika itu kematian yang mendekati saya."

Korban Dibakar

Sekolah Umum yang dikelola militer itu tempat belajar bagi anak-anak militer maupun berlatar belakang sipil, anak-anak pria dan perempuan.

Ayah Khan adalah pemilik toko. Dia menghiburnya di tempat tidur yang berlumuran darah  di rumah sakit itu. Khan bercerita, "Orang-orang bersenjata meninggalkan  ruangan setelah beberapa waktu, dan saya diam di sana selama beberapa menit.  Kemudian saya mencoba untuk bangun, tetapi jatuh, karena lukaku.’’

"Ketika aku merangkak ke ruang sebelah, itu terlihat sangat mengerikan. Saya melihat mayat asisten kantor kami terbakar," katanya. "Dia duduk di kursi dengan darah menetes dari tubuhnya, dan dia dibakar,"

Tidak begitu jelas bagaimana tubuh karyawan perempuan itu terbunuh dan terbakar, meskipun jasadnya juga kemudian terlihat oleh wartawan AFP di kamar mayat rumah sakit itu.

Kepada Reuters, seperti dikutip Huffington Post, Khan juga mengatakan, "Salah satu guru saya menangis, dia ditembak di tangan dan dia menangis kesakitan. Satu teroris kemudian mendekatinya dan mulai menembak sampai dia berhenti bersuara. Semua di sekitar saya, teman-teman saya, berbaring terluka dan mati.

Khan juga mengatakan bahwa dia juga melihat tubuh seorang prajurit yang bekerja di sekolah itu. Dia menceritakan bahwa dia berusaha merangkak di balik pintu untuk bersembunyi, dan  kemudian kehilangan kesadaran.

"Ketika saya bangun, saya berbaring di tempat tidur rumah sakit," katanya menambahkan.

Tehrik-i-Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu yang disebutnya  sebagai pembalasan atas serangan militer besar di kawasan itu sebelumnya. Kelompok ini juga mengatakan bahwa militan mereka juga diperintahkan untuk menembak pelajar kelas yang lebih tinggi.

Pengakuan Lain

Selain Shahrukh Khan, siswa lain juga menceritakan apa yang mereka alami dan saksikan dari serangan yang brutal itu. Namun mereka tidak mau disebutkan namanya. Beberapa ini pernyataan korban selamat yang dikutip di sejumlah media di Pakistan.

Seorang korban lainnya menceritakan, "Kami melakukan tugas kami. Ini periode keempat sedang dimulai, ketika terdengar suara tembakan dimulai, guru kami mengatakan untuk tidak perlu khawatir, itu hanya suara bor. Jadi, kami pikir itu hanya suara bor. Lalu tiba-tiba banyak tembak terjadi dan... tentara yang lewat mengtatakan  serangan dimulai. Kemudian seorang perwira tentara datang dan mengatakan kepada guru dan kepala sekolah untuk membawa kami keluar. Di dalam ruang kelas (untuk anak-anak) ada seribu anak yang tidak bisa keluar sampai tembakan usai."

Pelajar lain yang tak mau disebutkan namanya, seperti dikutip media setempat mengatakan, ‘’Kami di aula. Kami diminta keluar untuk mendapatkan informasi pertolongan pertama. Kami mendengar suara dari atas. Kami pikir ada sesuatu yang sedang diperbaiki. Di belakang kami adalah dinding, dan ada banyak pintu. (Para pejuang) menerobos salah satu gerbang. Begitu mereka masuk, semua anak berbaring di lantai. Dalam ruang, kami sembunyi di bawah kursi. Mereka menembaki anak-anak di setiap kursi. Saya tidak bisa melihatnya.’’

Dengan nada marah, anak itu mengatakan, ‘’Ketika saya besar, saya akan menghancurkan dunia mereka, saya akan menghancurkan anak-anak mereka. Saya tidak akan membiarkan mereka."

Anak yang lain mengatakan, "Begitu tembakan dimulai, guru kami menyuruh kami duduk di sudut dan memerintahkan untuk menundukkan kepala. Setelah sekitar satu jam, ketika tembakan makin reda, pasukan tentara datang dan menyelamatkan kami. Tapi saat kami berjalan keluar, kami melihat dari pintu teman-teman kami telah menjadi martir. Mereka ditembus peluru, beberapa dengan tiga atau empat tembakan. Darah mengalir di sekitar mereka."

"Kami semua duduk di kelas kami. Kami menerima kunjungan seorang dokter tentara yang mengajarkan tentang pertolongan pertama. Mereka mengatakan anak-anak kelas 8, 9 dan 10 untuk pergi ke lorong. Di belakang sekolah kami, ada jaring dan dinding, kemudian... ruang terbuka. (Para penyerbu) datang dari sana mereka mulai menembak dari atap. Guru kami menutup pintu. Ketika pintu ditutup, mereka mendobrak. Ketika mereka datang, mereka mulai menembak, dan semua anak ketakutan... Pertama mereka menembak di udara, kemudian mereka mulai menembaki anak-anak satu per satu."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home