Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:07 WIB | Jumat, 13 Juli 2018

Singa Muda Menatap Masa Depan

Jelang Perebutan Peringkat Ketiga: Belgia vs Inggris
Penjaga gawang Inggris Jordan Pickford gagal mengantisipasi tendangan Adnan Januzaj pada pertandingan fase grup G PD 2018 antara Belgia melawan kesebelasan Inggris, Kamis (28/6). (Foto: fifa.com)

SATUHARAPAN.COM - Semi final Piala Dunia 2018 menyajikan penampilan empat kesebelasan terbaik dengan kemampuan yang relatif berimbang: materi, komposisi, taktik-strategi. Berbeda dengan PD 2014, pada semi final PD 2018 tidak ada kesebelasan yang dominan dan dengan kekuatan yang dimiliki, keempat kesebelasan bisa saling mengalahkan.

Die Roten Teufel dengan permainan terorganisir dari generasi emas yang paling adaptif dengan strategi lawan, Vatreni dengan kematangan permainan bintang, Three Lions dengan kekuatan pemain muda hampir-hampir tanpa pengalaman pada turnamen besar namun mampu tampil dengan lugas sebagaimana gaya permainan tradisional kick and rush, serta Le Blues dengan skuad perpaduan senior-muda yang mulai menemukan chemistry permainan.

Dua pertandingan laga semi final menyajikan permainan tingkat tinggi dimana masing-masing kesebelasan menampilkan kemampuan terbaiknya dan tetap menjaga semangat memenangi pertandingan hingga peluit akhir dibunyikan. Kalaupun ada yang tersingkir, turnamen memang mengharuskan demikian. Hanya ada dua kesebelesan yang tampil di partai puncak, sementara dua terbaik lainnya berebut peringkat ketiga.

Dengan perjalanan keempat kesebelasan hingga laga yang ke-62, perebutan peringkat ketiga yang mempertemukan kembali Belgia dengan kesebelasan Inggris akan berjalan ketat. Kedua kesebelasan tentu tidak ingin mengakhiri penampilan di PD 2018 dengan kekalahan.

Pada pertemuan pertama saat menjalani laga fase grup G, baik Southgate maupun Martinez menurunkan pemain lapis keduanya untuk menjaga kebugaran tim mengingat keduanya sudah dipastikan lolos ke fase gugur mewakili grup G. Meski demikian pertandingan berjalan dalam tempo tinggi. Dalam sebuah serangan gelandang muda Adnan Januzaj melepaskan tendangan yang gagal diantisipasi oleh Pickford setelah sebelumnya mengecoh gelandang bertahan Inggris Dany Rose. Baik Belgia maupun Inggris meski bermain dalam tempo tinggi, ketika itu tidak ngotot untuk menghindari cedera.

Bagi timnas Inggris, meskipun kalah pada laga tersebut mereka memberikan pengalaman pada skuad pelapis yang sebagian besar pemain muda dan minim pengalaman pada laga-turnamen besar menjadi pengalaman yang berarti bagi mereka. Tampil di laga Piala Dunia adalah impian setiap pemain sepakbola. Terlepas strategi apa yang sedang dijalankan saat itu, dengan menurunkan hampir seluruh pemain pelapis Southgate sesungguhnya sedang berinvestasi pada pemain mudanya yang dipersiapkan bagi kesebelasan Inggris di masa datang.

Bukan Partai Hiburan

Tampil pada laga semi final, Kane dan kawan-kawan sudah menampilkan seluruh kemampuan terbaiknya saat menghadapi kesebelasan Kroasia. Barisan pemain muda Inggris tampil dengan lepas hingga mampu mencuri gol pada awal babak pertama. Kalah pengalaman pada turnamen besar, inilah yang tersaji pada laga tersebut. Meskipun mampu tampil lepas, mereka kalah dalam hal ketenangan dibanding Modric dan kawan-kawan. Akibatnya, mereka justru terbawa dalam permainan Kroasia.

Diluar kekalahan dalam babak perpanjangan waktu, penampilan skuad muda Inggris menjanjikan yang akan menggentarkan kesebelasan manapun di masa datang. Delle Ali, Raheem Sterling, Harry Maguire, Stones, Lingard, telah menunjukkan permainan bintang dunia. Pickford pun seolah meneruskan legenda penjaga gawang Inggris.

Belgia sendiri saat ini memiliki skuad yang lebih matang dibanding Inggris. Hingga pertandingan keenam mereka menampilkan permainan yang atraktif. Menghadapi tim kuat Prancis di semi final, Hazard dan kawan-kawan menguasai jalannya pertandingan sejak menit awal. Kokohnya pertahanan Hernandez, Umtiti, Varane, Pavard, yang tampil disiplinlah yang menyelamatkan Prancis dari kekalahan saat menghadapi Belgia.

Setelah gagal di semi final, Martinez tentu tidak ingin pulang dengan kekalahan pada laga terakhir terlebih mereka sebelumnya telah mampu mengalahkan Inggris di fase grup, sebuah hasil yang jarang didapatkan Belgia saat bertemu dengan kesebelasan Inggris.

Pilihan bagi Martinez untuk mengamankan peringkat ketiga PD 2018 adalah memainkan skuad utamanya dengan Meunier, Witsel, De Bruyne, sebagai pengatur serangan serta tiga penyerang Hazard, Lukaku, Mertens, untuk mengedor pertahanan Inggris.

Pertandingan akan berjalan menarik jika Southgate kembali memainkan skuad pelapis dengan pemain-pemain mudanya. Kekuatan kesebelasan Inggris adalah saat mereka mampu bermain lepas.

Jika Southgate menurunkan Dier, Trippier, Lingard, Loftus, Delle Ali, sebagai starter, akan terjadi pertarungan menarik di lapangan tengah. Inggris saat ini memiliki tipikal permainan mirip Prancis dengan mengandalkan bola-bola atas serta bola-bola mati. Gol ke gawang Courtois yang dicetak Umtiti dari sundulan tendangan pojok menjadi ancaman bagi pertahanan Belgia. Delapan gol yang dicetak pemain Inggris dari bola-bola mati bukanlah hal yang datang begitu saja. Pemain Inggris terbiasa menjalani latihan dengan tendangan bola-bola mati yang kerap menghasilkan gol dalam penyelesaian bola-bola atas.

Pertemuan Belgia melawan kesebelasan Inggris akan menyajikan permainan matang De Bruyne, Hazard, Witsel, melawan pergerakan pemain muda Trippier, Lingard, Loftus, Delle Ali. Bedanya pemain muda Inggris saat ini bisa tampil lebih bebas tanpa dibebani memenangi pertandingan. Pengalaman tampil di laga Piala Dunia lebih penting bagi pemain Inggris, dan itu justru menjadi kekuatan Inggris yang sesungguhnya.

Martinez sendiri tentu telah mempelajari kekurangefektifan permainan Belgia saat menghadapi Prancis. Mendorong De Bruyne ke depan justru mempersempit pergerakan dan kreativitasnya. De Bruyne adalah tipikal deep lying midfielder yang tidak bisa dipasang pada satu posisi tertentu. Dalam posisi sebagai sebagai second striker saat menghadapi Prancis, peran De Bruyne terbukti mampu diredam oleh duet Pogba-Kante. Jika dikembalikan ke posisi semula yang bebas, akan menarik menyaksikan kreativitas De Bruyne-Witsel menghadapi Dier/Henderson-Lingard.

Hingga sejauh ini skuad muda The Three Lions bisa pulang dengan kepala tegak, dan Southgate berhasil membangun pondasi tim mudanya dengan kolektivitas yang menjanjikan. Jika di masa lalu dalam satu periode mereka punya Gazza-Platt mewakili Inggris di awal-medio tahun 1990-an, Alan Shearer di akhir tahun 1990-an, Michel Owen-Beckham di awal-medio tahun 2000-an, Rooney-Gerrard di akhir 2000-an, saat ini Inggris memiliki satu tim. Tinggal bagaimana mereka mampu menjaga kolektivitas tim yang sudah terbangun. 

Yang harus diwaspadai Southgate menghadapi Hazard dan kawan-kawan adalah faktanya Belgia saat ini merupakan tim yang paling lengkap dalam komposisi-materi pemain, rapi dan terorganisir dalam membangun pertahanan-serangan, tenang dalam menghadapi setiap tekanan. Tidak mudah untuk menaklukkannya terlebih ketika Inggris justru terjebak dalam permainan Belgia, sebagaimana yang mereka alami saat menghadapi Kroasia.

Pertandingan perebutan peringkat ketiga antara Belgia melawan kesebelasan Inggris akan berlangsung pada Sabtu (14/7) di Stadion Krestovsky, St. Petersburg.

Perkiraan susunan pemain:

Belgia (3-4-3) : Courtois (gk), Alderweireld, Vermaelen, Vertonghen, Meunier, Witsel, De Bruyne, Carrasco, Hazard, Lukaku, Mertens/Batshuayi. | pelatih: Roberto Martínez

Inggris (3-1-4-2) : Pickford (gk), Walker, Stones, Maguire, Dier/Henderson, Trippier, Lingard, Loftus, Delle Ali, Sterling/Vardy, Kane. | pelatih: Gareth Southgate

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home