Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 09:43 WIB | Rabu, 14 Oktober 2015

Singapura Gelar Kompetisi Aplikasi Info Kabut Asap

Mahasiswi NTU, May Lim mempresentasikan aplikasi informasi tentang asap kepada dewan juri di hackathon (sebuah kompetisi menciptakan aplikasi dalam telepon pintar yang memuat berbagai info dan isu termutakhir terkait dengan kabut asap). Hackathon ini diselenggarakan oleh Nanyang Technological University (NTU), dengan dukungan dari Google Singapura. (Foto: channelnewsasia.com)

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 100 orang berpartisipasi dalam hackathon (sebuah kompetisi  menciptakan aplikasi dalam telepon pintar yang memuat berbagai info dan isu termutakhir terkait dengan kabut asap). Manajer komunikasi Google, Robin Moroney, mengatakan tujuan diselenggarakannya kompetisi ini agar informasi tentang kabut asap harus didapat warga Singapura dengan segera.

“Sejak ‘musibah’ ini melanda Singapura saya  berpikir tidak ada warga yang tidak memeriksa telepon pintar setiap saat, oleh karena itu saat warga Singapura memeriksa pesan singkat dan ingin mendapat informasi lewat telepon pintar mereka harus ada aplikasi tentang kondisi asap di Singapura,” kata Robin seperti dikutip Channel News Asia, Rabu (14/10).

Hackathon ini diselenggarakan oleh Nanyang Technological University (NTU), dengan dukungan dari Google Singapura.  

“Jendela informasi masyarakat sangat luas saat ini dan dengan luasnya informasi, maka kita harus benar-benar memilahnya, salah satunya dengan kompetisi seperti ini,” kata Robin. 

Robin menyebut bahwa kriteria yang digunakan menilai aplikasi tersebut yakni aplikasi yang menyediakan angka Indeks Standar Polutan (PSI) di suatu wilayah di Singapura, sehingga banyak orang dapat membaca angka PSI dengan spesifik dengan mengacu ke lokasi pengguna telepon pintar.

Pengguna dapat memasukkan usia mereka dan kondisi kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang petunjuk kesehatan apabila di wilayahnya terdapat banyak asap.

Aplikasi ini dikembangkan hanya dalam waktu enam jam oleh tim enam orang dari berbagai latar belakang. Mereka termasuk mahasiswa dan seorang konsultan bisnis.

Profesor Ang Peng Hwa dari Wee Kim Wee School of  Informatics and Communications mengatakan  kabut adalah masalah utama lingkungan saat ini yang sedang dihadapi Singapura dan negara-negara lain.

“NTU mencoba membantu banyak orang dari semua lapisan masyarakat-siswa, teknologi informasi, profesional, pengembang aplikasi dan LSM – untuk secara bersama-sama di sebuah forum ini  mengatasi kabut,” kata Ang Peng.

“Ide-ide dari hackathon ini akan memacu inovasi dan mendorong lebih banyak orang untuk bekerja bersama-sama untuk datang dengan solusi untuk mengatasi atau lebih baik informasi tentang kabut,” kata dia.

Tim yang berpartisipasi memaparkan berbagai ide kepada juri panelis yang menilai termasuk perwakilan dari media.

Salah satu ide yang diusulkan adalah sebuah aplikasi untuk memprediksi tingkat PSI di jam berikutnya menggunakan data cuaca.

“Kabut dan asap berdampak kepada kesehatan setiap orang, dan ini paling bergantung kepada angka  PSI, serta kegiatan yang ingin dilakukan pengguna telepon pintar," kata peserta kompetisi tersebut, Mei Lim.

 “Semua informasi ini dapat ditemukan secara online, tetapi biasanya pengguna harus secara manual mengambil semua informasi ini dan menilai (sendiri) apakah aman untuk pergi keluar sekarang untuk melakukan aktivitas,” kata mahasiswi NTU tersebut.

“Jadi dengan aplikasi ini kita benar-benar tahu, karena aplikasi ini memberi saran kepada pengguna telepon pintar,   untuk membantu pengguna memberi keputusan apakah harus pergi ke luar ruangan atau tidak,” kata Mei. (channelnewsasia.com)

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home