Loading...
INSPIRASI
Penulis: Sesilia Rani Setyo Sari 04:40 WIB | Jumat, 28 Agustus 2015

Sistem Kebut Semalam

Ubahlah cara berpikir dari ”selesaikanlah” menjadi ”mulailah”!
Dikejar tenggat (foto: ymindrasmoro)

SATUHARAPAN.COM – Para murid sering kali menerapkan sistem belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) atau dikenal juga dengan procrastination ketika akan menghadapi ujian. Tak hanya siswa, tak sedikit pengacara membaca kasus kliennya sampai tengah malam karena keesokan paginya harus menghadiri sidang pengadilan. Tak sedikit pula pekerja yang melakukannya karena telah menunda pekerjaan hingga tiba jatuh tempo.

Menunda pekerjaan tampaknya merupakan kebiasaan banyak orang. Agaknya, mereka tidak menyadari bahwa itu merupakan suatu penyakit. Dan yang namanya penyakit bisa menjalar ke mana-mana. Misalnya: tidak membayar tagihan tepat waktu atau kehilangan kesempatan menonton konser karena terlambat membeli tiket.

Dr. Ferrari, profesor psikologi dari De Paul University Chicago, menyatakan bahwa meminta seseorang yang suka menunda-nunda pekerjaan untuk membeli agenda mingguan adalah seperti menyembuhkan orang tersebut dari depresi kronis.

Menunda pekerjaan bisa menjadi semacam ”pemberontakan”. Orangtua—yang cukup kolot dalam mendidik anaknya—bisa membuat Sang Anak ”memberontak”. Ketika orang tua memaksakan kehendak, anak-anak akan cenderung ”curhat” kepada teman-temannya yang lebih toleran dalam hal menunda suatu pekerjaan.

Dr. Ferrari juga menambahkan bahwa ada tipe orang-orang tertentu yang menunda pekerjaan sampai batas waktu terakhir untuk mendapatkan ide cemerlang. Tipe semacam ini disebut thrill seeker.

Steve Pavlina, seorang penulis, menyatakan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi procrastination. Pertama, kita harus mengganti pola pikir kita dari ”harus” menjadi ”ingin”. Jika kita berpikir bahwa kita harus melakukan sesuatu karena dikejar waktu, diri kita akan tertekan. Sebaliknya, jika kita mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu, kita tidak akan menunggu sampai jatuh tempo untuk mengerjakannya.

Kedua, ubahlah cara berpikir dari ”selesaikanlah” menjadi ”mulailah”! Akan menjadi beban jika kita berpikir ”Kapan pekerjaan ini akan selesai?” Akan tetapi, jika kita berpikir ”Langkah kecil apa yang dapat saya lakukan sekarang?”; pekerjaan kita akan selesai dengan sendirinya.

Dan jika kita dapat menyelesaikannya, berikanlah ”hadiah” kepada diri kita sendiri! Bagaimanapun diri sendiri perlu mendapatkan apresiasi bukan?

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home