Loading...
BUDAYA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 20:25 WIB | Rabu, 01 April 2015

Siswa SMP Minta Ultraman Selamatkan Indonesia

Enam finalis Lomba Menulis Surat Remaja Nasional (LMSRN) 2015. (Foto: Berthold Sinaulan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) As Syifa Boarding School dari Subang, Jawa Barat, Raudya Kalifa Jihad, menjadikan tokoh superhero film fiksi asal Jepang Ultraman sebagai tempat mengadunya.

Dia mengatakan seandainya Ultraman benar ada, bukan tokoh pahlawan dalam film fiktif, mungkin bisa membantu atau menyelamatkan Indonesia menjadi negeri lebih baik. Dengan begitu, menurut Raudya, tidak akan ada anak terlantar, remaja terjerumus ke pergaulan bebas, kemiskinan, pengangguran, hingga pejabat merampas hak rakyat atau korupsi.

“Ultraman, andai saja kamu memang benar ada. Andai saja kamu bukan hanya tokoh pahlawan yang ada dalam film fiktif. Mungkin kamu sudah membantu negeri ini. Mungkin, kamu sudah menyelamatkan negeri ini. Membantu negeri ini menjadi negeri yang lebih baik. ………. Tidak ada lagi anak-anak yang ditelantarkan, tidak ada lagi remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas, tidak ada lagi kemiskinan dan pengangguran yang melanda negeri ini, tidak ada lagi pejabat yang mengambil hak-hak rakyat, tidak ada lagi pemimpin yang tidak mementingkan rakyat,” demikian sepenggal surat Raudya dalam Lomba Menulis Surat Remaja Nasional (LMSRN) 2015.

Anggota Dewan Juri LMSRN Berthold Sinaulan secara pribadi mengatakan Raudya adalah satu dari enam finalis LMSRN 2015 yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika  (Kemkominfo) di Jakarta, dengan tema Tulislah Surat Tentang Apa yang Kamu Harapkan di Dunia Tempat Kamu Tumbuh dan Berkembang yang pesertanya terdiri dari para remaja Warga Negara Indonesia yang berusia sampai 15 tahun.

Dalam penjurian tahap akhir pada 30-31 Maret 2015, para peserta melewati serangkaian kegiatan, mulai dari wawancara santai dan berkelompok, lalu pembekalan dari tiap-tiap anggota dewan juri.

“Pembekalan yang diberikan antara lain mengenai motivasi untuk menulis surat, bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan pengetahuan umum lain yang menunjang pemahaman para finalis tentang menulis surat dan isinya,” tambah Berthold.

Curhat dengan Hawa

Setelah itu, para finalis diminta untuk menuliskan kembali surat mereka, tentu saja dengan memperhatikan masukan-masukan dari dewan juri. Hasilnya, kata Berthold, surat yang ditujukan kepada “Adam dan Hawa di Taman Eden”, menjadi surat terbaik. Surat itu, ujar dia, ditulis oleh Revabelle Maharani, siswa SMP Santa Ursula Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan.

“Aku sedih Hawa, tidak ada lagi yang dapat aku nikmati kecuali teknologi yang kini semakin mudah kita dapatkan. Kaum kita semakin direndahkan derajatnya karena banyak yang rela menjual keperawanan mereka hanya untuk mendapatkan uang untuk sesuap nasi. Sehingga terkadang kita dipandang oleh kaum Adam sebagai kaum murahan. Banyak sekali yang melihat kita seakan mereka ingin melecehkan kita. Dunia semakin tidak nyaman, Hawa,” tulis Revabelle.

Menurut Berthold, keluh kesah para remaja itu memang beragam. Bahkan dia melanjutkan, topik kesetaraan gender menjadi surat yang ditulis Florensia, siswi SMP Santa Ursula BSD. Surat karyanya menjadi pemenang ketiga dalam lomba ini.

“Sedangkan pemenang kedua diraih oleh Jasmine Amalya, siswa SMP Muhammadiyah Solo. Jasmine mengirim suratnya kepada “Mother Earth”, dan mempercakapkan kondisi lingkungan dengan sang Ibu Bumi,” ujar Berthold.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home