Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:22 WIB | Sabtu, 09 Mei 2015

Siswi Semarang Raih Emas Berkat Tusuk Gigi Boraks

Siswi SMAN 3 Semarang, Dayu Laras Wening, dan Luthfia Adila, mendapatkan penghargaan karena berhasil menciptakan perangkat sederhana namun berguna bernama Sibodec, Stick Of Borax Detector. (Foto: kemdikbud.go.id)

SEMARANG, SATUHARAPAN.COM - Siswi SMAN 3 Semarang, Dayu Laras Wening meraih medali emas dalam ajang kompetisi inovasi anak muda tingkat dunia, International Exhibition for Young Inventors (IEYI), yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini. Dayu Laras Wening bersama temannya Luthfia Adila, mendapatkan penghargaan karena berhasil menciptakan perangkat sederhana namun berguna bernama Sibodec, Stick Of Borax Detector.

Stick Of Borax Detector adalah alat pendeteksi kandungan boraks di berbagai makanan. Berbentuk semacam tusuk gigi, cara menggunakannya hanya tinggal menusukkannya ke dalam makanan.

Ditunggu hanya maksimal lima detik, jika nanti warna tusuk giginya berubah merah berarti makanan itu mengandung boraks, kata Wening.

Lewat perangkat serupa tusuk gigi itu, dia dan Luthfia Adila berupaya menyelesaikan masalah yang selalu dihadapi masyarakat, yaitu kesulitan memilih makanan enak bebas bahan kimia berbahaya seperti boraks.

Selama ini, deteksi boraks dalam makanan tak pernah praktis dan efektif. Sampel makanan harus diambil terlebih dahulu dan dikirim ke laboratorium. Hasil analisis baru didapatkan berjam-jam atau bahkan berhari-hari kemudian.

"Sebelumnya, produk kami sudah berhasil menjadi juara nasional. Alhamdulilah kemarin dipanggil lagi untuk tingkat internasional dan juara," kata Wening yang mengaku sudah membuat produk sebelumnya.

Meski menjadi juara, mereka mengaku sempat sedikit tidak percaya diri melihat penemuan para pesaingnya. "Saat di stand, sempat ada yang bilang 'Seperti ini kok bisa lolos?'" kata Wening.

Pesaing dari luar negeri bahkan memiliki fasilitas berteknologi canggih. "Sempat nggak nyangka sih bisa raih emas, karena melihat lawan dan komentar bapak-bapak itu," kata Adila.

Adila harus menempuh sekitar 18 kilometer perjalanan untuk sampai ke sekolah di pusat Kota Semarang. ’’Itu perjuangan kami,” kata Wening. Yang pasti, kata Wening, mereka bangga bisa mempersembahkan temuan aplikatif untuk masyarakat internasional.

Sebab, pengusaha makanan yang nekat menggunakan boraks kendati sudah dilarang, ternyata tak hanya di Indonesia. Bahkan di negara maju seperti Hong Kong dan Australia juga ditemui penggunaan bahan yang sedianya dipakai dalam usaha binatu itu. (psma.kemdikbud.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home