Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 08:00 WIB | Senin, 23 Mei 2016

Skenario Tragedi

Mengapa harus khawatir?
Kekhawatiran (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Tragedi tidak pernah hilang dari muka bumi.  Sebaliknya, semakin bertambah. Tragedi karena bencana, misalnya, jika dibandingkan 50 tahun lalu, bencana alam dan bencana buatan manusia makin sering terjadi.  

Cobalah buka satu saja situs berita, ada saja berita bencana.  Beberapa anak tewas tergulung ombak, Sinabung mulai memakan korban lagi, penerbangan Egyptair diduga keras meledak di udara perairan Mediterrania dan menewaskan 66 penumpangnya, siklon di Bangladesh sudah menewaskan 21 orang. Itu semua bisa dibaca Minggu pagi kemarin.

Jika perhatian terfokus pada berita tragedi, memang benar hidup ini amat menakutkan.  Di Jakarta setiap hari terjadi sejumlah besar kecelakaan yang melibatkan motor. Kecelakaan itu tidak hanya menimpa pengendara yang ugal-ugalan, tetapi juga mereka yang sudah sangat berhati-hati namun dihantam oleh kendaraan lain yang melanggar aturan. Ada orang yang tidak berani mengemudi mobil karena pernah melihat dampak menakutkan dari sebuah kecelakaan.

Sejumlah orang bahkan sampai tidak berani punya anak karena khawatir anak akan tumbuh di dunia yang semakin penuh dengan berbagai pengaruh buruk, mulai dari kecelakaan, penculikan, perundungan, narkoba, penyakit bawaan lahir, gangguan perkembangan seperti autism, dan banyak lagi. Sepatutnyalah calon orangtua khawatir karena amat banyak bahaya di luar sana yang tidak bisa dicegah para orangtua.

Takut punya anak, takut terbang, takut mengemudi, takut salah makan, takut bergaul dengan orang yang salah, takut mengambil keputusan bisnis yang salah, takut mengambil peran sebagai pimpinan, semua langkah dalam hidup mengandung risiko bencana yang menakutkan.  Memang sungguh mengkhawatirkan hidup ini.

Selesaikah persoalan hidup dengan kekhawatiran? Bibi saya sering mengingatkan suaminya yang selalu saja melihat sisi buruk dari sebuah kejadian: ”Engkau selalu memiliki skenario tragedi untuk setiap kejadian.” Menurut dia, hidup jadi sulit dijalani jika hanya melihat risiko negatif.

Memang benar, ancaman bahaya apa pun senantiasa mengancam, memang benar jika ternyata bencana itu menjadi kenyataan,  maka akan amat menyakitkan atau menyedihkan. Memang benar, semua itu potensial terjadi.

Akan tetapi, seberapa potensialnya? Seberapa besar kemungkinan kejadiannya? Seberapa parahnya dampak yang akan diderita? Potensi bahaya selalu ada, kemungkinan kecelakaan selalu muncul di hadapan, namun jika hanya terfokus pada potensi bencana, banyak hal dalam hidup akan terlantar. Keputusan tidak bisa diambil karena pertimbangan bahaya yang mengancam. Padahal potensi bahaya kadang hanyalah ketakutan yang berlebihan akan sesuatu yang hanya akan terjadi dengan kemungkinan amat sangat kecil. Mungkin cuma ketakutan akan bayangan sendiri.

Lalu,  apakah dengan khawatir, usia seseorang akan bertambah panjang sehari saja?

Tak seorang pun bisa memastikan apa yang akan terjadi, namun setiap orang dapat mengambil keputusan untuk maju atau diam di tempat berdasarkan perhitungan. Perhitungan yang pas adalah menimbang keuntungan dibanding kerugian yang akan muncul dari keputusan yang diambil. Memutuskan untuk tetap  tinggal di Jakarta dengan semua bahaya dan kesulitannya atau pindah ke kota yang lebih sunyi seperti Magelang dengan semua kelebihan dan kekurangannya? Memutuskan membolehkan anak pergi pulang sekolah di Jakarta naik sepeda motor atau tidak? Seberapa besar bahaya dan dampaknya dibanding keuntungannya, itulah dasar pengambilan keputusan yang menenangkan.

Sebaiknya kita tidak terpaku pada tragedi yang mungkin terjadi. Tragedi selalu akan bisa muncul, bahkan ketika perhitungan telah dibuat serinci mungkin. Menjalani hidup dengan berfokus pada probabilitas yang positif, bukan hanya akan membuat hidup jadi produktif, tetapi juga membuat hidup lebih damai. Tak sehari pun usia dapat ditambahkan dengan khawatir.

Jadi, mengapa harus khawatir? Tugas manusia adalah mengambil keputusan yang baik. Sisanya, serahkan saja kepada Yang Empunya kehidupan. Do your best, and God will do the rest!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home