Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:29 WIB | Rabu, 05 Agustus 2020

Somalia Dirikan Pusat Peringatan Bencana, Atasi Banjir dan Serangan Belalang

Somalia sering menghadapi serangan hama belalang yang menghancurkan pertanian dan merusak persediaan pangan. (Foto: dok. Reuters)

MOGADISHU, SATUHARAPAN.COM-Di sebuah gedung pemerintah di bekas kompleks Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Mogadishu, Khadar Sheikh Mohamed, memandangi sebuah layar raksasa yang memperlihatkan kondisi cuaca di seluruh negara itu.

Mohamed adalah direktur baru pada pusat peringatan dini bencana nasional yang baru dibentuk dan dirancang untuk membantu Somalia memprediksi bencana. Tahun ini ia telah menderita akibat banjir dan invasi belalang gurun.

"Menemukan data akurat yang dapat menyelamatkan nyawa... penting bagi kami," katanya kepada di pusat itu.

Pusat dibuka pada bulan Juni, dan didanai oleh Arab Saudi melalui Program Pangan Dunia (WFP) PBB. Itu dibangun setelah siklus banjir dan kekeringan menyebabkan kekurangan pangan yang luas, termasuk kelaparan pada tahun 2011 yang menewaskan lebih dari seperempat juta orang.

Dari 15 juta penduduk Somalia, 5,2 juta orang saat ini membutuhkan bantuan, kata PBB, dan lebih dari 2,6 juta orang terlantar akibat pertempuran dan bencana alam.

Somalia telah didera oleh perang saudara sejak 1991, dan pemerintah federal yang rapuh memerangi pemberontak kelompok islamis Al Shabaab yang terkait dengan Al Qaeda.

Kekerasan telah menghancurkan hampir semua infrastruktur negara dan mendorong banyak orang Somalia yang berpendidikan lari ke luar negeri, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah yang didukung internasional telah berusaha membangun kembali lembaga-lembaga pemerintah.

Di pusat itu, lusinan analis Somalia menggunakan data satelit terbaru, dari temperatur hingga tekanan angin, untuk memberikan peringatan dini tentang kemungkinan banjir, kekeringan, dan pergerakan gerombolan belalang.

Pejabat pemerintah mengatakan mereka awalnya berjuang untuk merekrut pekerja terampil secara lokal. "Somalia benar-benar tidak memiliki keahlian," kata Muqtar Sheikh Hassan, direktur jenderal di kementerian kemanusiaan dan manajemen bencana, sehingga mereka telah mempekerjakan para ahli asing untuk melatih analis lokal.

Sekarang pusat ini sepenuhnya dikelola oleh orang Somalia, kata Mohamed. "Kadang-kadang kami hanya memiliki 24 atau 72 jam untuk mengevakuasi orang. Jika informasinya dalam bahasa lain, dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menerjemahkan dan menyebarluaskannya. Sekarang kami dapat mengeluarkan peringatan dengan cepat." (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home