Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:18 WIB | Kamis, 03 Oktober 2019

Sulap Limbah Styrofoam Jadi Barang Berharga, Mahasiswa UNS Juara 1

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sukses menyabet gelar juara 1 dalam Pekan Ilmiah Nasional (PIN) yang digelar di Universitas Lampung (Unila) pada Sabtu (21/9). (Foto: uns.ac.id)

SURAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, sukses menyabet gelar juara 1 dalam Pekan Ilmiah Nasional (PIN) yang digelar di Universitas Lampung (Unila) pada Sabtu (21/9/2019).

Mahasiswa UNS yang membanggakan tersebut ialah Yochidamai Akhsanitaqwim dari Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Tri Lestari dari Prodi Pendidikan Seni Rupa, dan Novi Indriastuti dari Prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Ketiganya berhasil membawa pulang gelar juara 1 setelah karya tulis mereka yang berjudul "BILIAND (Biological Learning Media for Blind): Media Pembelajaran Organ Manusia Berbasis Limbah Styrofoam Guna Mewujudkan Pendidikan Biologi Inklusif Jenjang SD-SMA" mendapatkan penilaian yang sangat positif.

Berangkat ke Lampung dengan gagasan yang sangat menarik, ketiganya ingin limbah styrofoam yang sukar terurai dan kerap mengotori lingkungan, dapat diolah sebagai produk yang bermanfaat, salah satunya adalah dengan membuatnya menjadi replika organ manusia sebagai media pembelajaran biologi.

“Tentang permasalahan timbunan sampah yang belum terselesaikan, salah satu jenis sampah yang masih memiliki nilai manfaat dan nilai ekonomis, yakni limbah styrofoam. Dengan pengolahan yang tepat dan kreatif maka terciptalah BILIAND,” ujar Tri Lestari saat dihubungi pada Rabu (25/9).

Melalui pesan singkat, Tri mengatakan styrofoam yang ia manfaatkan bersama rekan-rekannya sebagai replika organ manusia adalah  bahan dasar yang mudah didapatkan serta mudah dibentuk.

“Pertama mencari limbah styrofoam, membersihkan, mengumpulkan limbah, mencuci, menuangkan cairan benzana, diaduk, kemudian adonan didiamkan selama 1 pekan. Selanjutnya, dibentuk menjadi organ tubuh manusia sesuai dengan contoh secara manual. Pengecatan dan pembuatan pustek (bidang yang digunakan sebagai alas/landasan), penambahan huruf braille, dan yang terakhir finishing dan clearing,” kata Tri.

Dengan prestasi tersebut, Tri berkata tidak menutup kemungkinan bila ke depan pembuatan replika tersebut akan dilakukan secara digital. Ia juga mengutarakan niatnya bersama rekan-rekannya untuk dapat berkompetisi diajang yang lebih bergengsi di luar negeri.

“Insyaalah mau dipatenkan dan masih dalam proses. Dan kami ingin diikutkan dalam lomba ke luar negeri,” katanya. (uns.ac.id)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home